Repost by: AlFaruq’s Blog
Sumber Channel Telegram: tafsirquran_abufairuz
Tafsir Ibnu Katsir:
Sambungan Tafsir al-Fatihah
Berkata Imam Ibnu Katsir rohimahulloh, berkata Abu Nasr Ismail ibnu Hammad al-Jauhari (Imam ahlul lughoh) pujian itu adalah lawan dari celaan. Tahmid lebih kuat dari alhamd dan alhamdu dia lebih umum dari syukur. Dari segi sebabnya, alhamdu lebih umum dari syukur. Adapun dari segi alatnya, maka syukur lebih umum dari alhamd. Yg namanya syukur adalah sanjungan kpd org yg berbuat baik dgn kebaikan yg dia berikan kpdmu. Madeh itu lebih umum drpd hamd. Maknanya sama iaitu pujian, cuma dlm Bahasa Arob, madeh ini pujian yg tidak disertai dgn rasa cinta dan pengagungan. Kalau hamd ini disertai dgn cinta dan pengagungan. Krn madeh ini kata beliau utk benda yg hidup dan yg mati. Spt makanan dipuji, bkn dgn hamd, tp madeh. Madeh itu terjadinya setelah adanya perbuatan baik ataupun sebelumnya. Demikian pula madeh itu meliputi sifat yg mutaadiah dan lazimah juga, maka dia lebih umum.
Ucapan salaf tentang al-hamd:
Berkata Ibnu Abi Hatim….berkata Umar: kami tlh mengetahui apa itu makna subhanallah, apa itu makna laailahaillallah, lalu apa makna alhamdulillah? Berkata Ali: ‘dia adalah kalimah yg Allah redhai utk diriNya sendiri’. Tentunya definisi ini tidak cukup. Jelas laailahaillallah itu plg Allah taala redhai utk diriNya. Disebutkan dlm catatan kaki, di dalam sanadnya ada Hajjaj bin Arto’ah, dia soduq tp kasirul qhotoq wa tadlis, ini menurut Ibnu Hajar. Adapun a’immah yg lain mengatakan yg rojih dia itu ada sisi kelembekan di samping dia juga mentadlis. Sementara di dlm hadith ini dia mentadlis. Hajjaj tidak terang2an mendengar, maka sanadnya dhoif. Maka utk sanad yg lain, langsung melompat jauh. Intinya, atsar ini dhoif. Apabila sang hamba mengatakan ‘segala puji bagi Allah’ maka Allah berfirman: “hambaKu telah bersyukur kpdKu”. Tp telah disebutkan, rowinya dhoif jiddan. Diriwayatkan oleh Abi hatim.
Berkata Kaab al-Ahbar, ‘alhamdulillah adalah sanjungan utk Allah’. Berkata Dhohaq, ‘alhamdulillah adalah selendang dari ar-Rohman’. Cuma dari mana dia tahu semacam ini? Ini perlu dalil yg jelas. Ini perkara ghoib. Tlh dtg hadith yg semacam itu. Ucapan Kaab al-Ahbar ini yg lebih dekat, secara senangnya. Alhamdulillah adalah sanjungan utk Allah. Dia soduq, Cuma kalau meriwayatkan kisah2 maka ini perlu diteliti krn dia byk mendapatkan dari ahli kitab, krn dia sendiri adalah ahli kitab dulunya, sebelum masuk Islam. Kaab dia masuk Islam di zaman Umar Ibnu Khottob. Berkata Ibnu Jarir…berkata nabi sallallahu alaihi wasallam: ‘kalau engkau mengatakan alhamdulillahi robbil alamin, maka sungguh engkau tlh bersyukur kpd Allah, maka Allah akan memberikan tambahan kpdmu.’ Disebutkan di dlm catatan kaki, isnadnya dhoif jiddan. (Ada beberapa penyakit.)
Aswad Ibnu Sariq mengatakan: Wahai rosululloh, mahukah anda utk saya sampaikan kpd anda pujian2 yg dgn itu saya memuji Robb saya tabaroka wataala, maka rosululloh sallallahu alaihi wasallam bersabda: ‘sesungguhnya Robb mu itu mmg menyukai pujian’. Disebutkan dlm catatan kaki, dlm sanadnya ada keterputusan, spt yg disebutkan oleh Ibnu Hajar. Diriwayatkan oleh Nasa’i. Sanadnya juga dhoif. Dari Jabir, rosululloh sallallahu alaihi wasallam bersabda: ‘zikir yg plg utama adalah laailahaillallah dan doa yg plg adalah alhamdulillah’. Disebutkan di dlm catatan kaki, sanadnya sohih dan diriwayatkan leh Bukhori dan Muslim.
Diriwayatkan oleh Ibnu Majah, dari Anas bin Malik, rosululloh sallallahu alaihi wasallam bersabda: ‘tidaklah Allah memberikan kenikmatan kpd seorg hamba dgn suatu kenikmatan lalu dia mengucapkan alhamdulillah, kecuali apa yg diberikan itu adalah lebih utama dari apa yg dia ambil.’ Maksudnya adalah pahala dari ucapan alhamdulillah itu lebih baik dari rezeki yg dia makan tadi. Yg dia makan cuma sekadar kenikmatan duniawi, sementara ucapan alhamdulillah dia dpt pahala dan dpt nilai syukur. Syukur mendtgkan rezeki yg berikutnya lagi. Disebutkan dlm catatan kaki di sini, sanadnya hasan.
Seandaina dunia ini beserta isinya ada di tgn seorg dari umatku, lalu dia mengatakan alhamdulillah, nescaya ucapan alamdulillah lebih utama dari rezeki yg dia dptkan itu tadi. Disebutkan dlm catatan kaki di sini, setelah menyebutkan sanad yg panjang, Syeikh Albani mengatakan ini palsu, krn penyakitnya ada pd Abu Mufaddhol. Abu Mufaddhol adalah Muhammad Ibni Abdillah as-Syaibani. Dia adalah kazzab hingga hadithnya maudu’. Tp cukup dgn hadith yg di atas punya Imam Ibnu Majah itu saja. Berkata Qurthubi: nescaya ilham Allah utk sang hamba tadi memuji itu lebih byk kenikmatannya dari kenikmatan dunia tadi, krn pahala alhamdu itu tidak akan habis, sementara kenikmatan dunia tidak akan kekal. Sementara rosululloh sallallahu alaihi wasallam telah bersabda dlm hadith sohih itu: ‘ucapan alhamdulillah ini akan memenuhi timbangan.’ Menunjukkan pahalanya sgt bbesar sekali. Maka dunia tidak ada apa2nya, tentunya.
Firman Allah taala: “harta dan juga anak2 itu adalah perhiasan dunia (tidak akan kekal) sementara amalan2 yg kekal dan bagus (zikir kpd Allah) itu lebih bagus di sisi Robb mu pahalanya dan lebih bagus lagi nanti kesudahannya.” Ini menunjukkan ucapan alhamdulillah, setelah sang hamba makan atau minum, itu jauh lebih baik dari makanan atau minuman yg dia dptkan itu sendiri.
Toyyib, ilahunna wallahu ‘alam.
No comments:
Write komentar