Monday, 9 January 2023

Hukum Ketupat

 

Hukum Ketupat



Pertanyaan:
sebagian ikhwah di Indonesia berselisih pendapat tentang tradisi masyarakat Islam di sebagian pulau di Indonesia, yang mana mereka pada masa-masa Hari Raya memasak beras di dalam anyaman daun kelapa. Sebagian ikhwah mengatakan: “Tradisi tadi tidak boleh dilakukan karena menyerupai orang-orang Hindu”. Sebagian yang lain berkata: “Itu tidak mengapa”. Maka apakah pandangan Anda tentang hal itu?
-----------

Jawaban dengan memohon pertolongan kepada Allah ta’ala:

Saya telah menanyakan hal itu kepada Fadhilatusy Syaikh Abdul Hamid Bin Yahya Al Hajuriy Az Zu’kuriy حفظه الله dan saya tambahkan pertanyaan sebagai berikut: Sebagian masyarakat Islam di Malaysia juga pada masa-masa Hari Raya memasak beras di dalam batang bambu lalu membakar bambu itu sampai berasnya diperkirakan telah masak. Apakah pandangan Anda tentang hal itu?

Maka beliau حفظه الله menjawab:

وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته. لا حرج من ذلك.

“(Setelah menjawab salam) Tidak mengapa yang demikian itu”.
(Selesai penukilan).

Saya juga menanyakan hal itu kepada Fadhilatusy Syaikh Zayid Bin Hasan Al Wushabiy Al Umariy حفظه الله dan saya tambahkan pertanyaan tentang tradisi di sebagian tempat di Malaysia.

Maka beliau حفظه الله menjawab:

وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته. حياك الله يا شيخ أبا فيروز. أسأل الله عز وجل أن يبارك فيك ويحفظك. ونحن كنا مشغولين هكذا جاءنا زوار، الشيخ ياسر أبو عمار وهكذا مع من جاء هنا، والآن اطلعت على رسالتك. وبالنسبة للجواب على السؤال: حكم من يصنع طعاما من الرز أو غيره وجعله في أوراق أو هكذا فهذا الأمر سهل ولا يعني مع ذلك أنهم مثلا إذا طبخوا شيئا أو استعملوا شيئا أننا نتركه وإلا أننا نتشبه بالكفار، لا، الأمر فيها سهل، وكون المسلمين يرون أن وضع المطعوم من الرز وغيره مثلا في أوراق فالأمر فيها سهل. فكم من المستوردات التي نستوردها من الكفار نستعملها وربما نمشي في الملبوس وفي المأكولات والمشروبات وهي تأتي من صلبهم، الأمر فيها سهل إن شاء الله، إلا إذا قصد التشبه فهذا شيء آخر.  وكذلك ما ذكرت في ماليزيا فالأمر فيها سهل. (انتهى المراد من النقل).

“(Setelah menjawab salam) Semoga Allah memberimu penghormatan wahai Syaikh Abu Fairuz. Aku memohon pada Allah عز وجل agar memberkahimu dan menjagamu. Kami tadi tersibukkan dengan kedatangan para tamu, Asy Syaikh Yasir Abu Ammar dan rombongan yang datang bersama beliau. Sekaranglah aku baru membaca suratmu.

Adapun tentang jawaban untuk pertanyaanmu, mengenai hukum memasak beras ataupun yang lainnya di dalam anyaman dedaunan dan sebagainya; maka hal itu adalah perkara yang ringan, dan bukanlah jika mereka memasak sesuatu atau menggunakan sesuatu itu lalu kita harus meninggalkannya karena jika tidak demikian maka kita menjadi menyerupai orang-orang kafir. Tidak. Perkaranya itu ringan. Masalah kaum Muslimin berpandangan untuk meletakkan beras dan yang lainnya ke dalam dedaunan, maka hal itu adalah ringan. Alangkah banyaknya barang-barang impor yang kita datangkan dari orang-orang kafir dan kita mempergunakannya. Boleh jadi kita memakai pakaian atau menikmati makanan dan minuman padahal itu semua datang dari tengah-tengah negara mereka. Perkara ini ringan saja insya Allah, kecuali jika dimaksudkan untuk menyerupakan diri dengan orang-orang kafir, maka hal itu adalah masalah lain.

Demikian pula tradisi yang engkau sebutkan di Malaysia, maka perkaranya adalah ringan”.
(Selesai penukilan yang diinginkan).

Demikianlah jawaban yang saya dapatkan dari kedua ulama kita tadi.

والله أعلم بالصواب.
والحمد لله رب العالمين.
-selesai-

( Dijawab Oleh Asy Syaikh Abu Fairuz Abdurrohman bin Soekojo Al Qudsiy Al Jawiy حفظه الله )
Sumber Channel Telegram: fawaidMaktabahFairuzAddailamiy

No comments:
Write komentar

Archive

BIOGRAFI