Repost by: AlFaruq’s Blog
Sumber Channel Telegram: tafsirquran_abufairuz
Tafsir Ibnu Katsir:
Sambungan Tafsir al-Fatihah:
Maaliki yaumiddin (Yang Menguasai Hari Pembalasan)
Masih perbahasaan ttg Maaliki yaumiddin. Imam Ibnu Katsir mengatakan: sebagaimana ucapan Umar yg mengatakan periksalah diri kalian sebelum kalian diperiksa. Timbang diri kalian sebelum kalian ditimbang, dan ersiap2lah kalian utk al-ard ketika semuanya dihadapkan kpd Allah taala, iaitu pertemuan/penghadapan yg terbesar pd zat yg tidak tersamarkan bagiNya amalan2 kalian. Pd hari itu, kalian dihadapkan kpd Allah dan tidak tersamarkan dari kalian apa yg sebelum ini samar2, iaitu dari amalan2 rahsia dan sebagainya. Disebutkan dlm catatan kaki bahwasanya ini disebutkn oleh at-Tirmidzi di dlm Kitabul Kiamah hadith tafsir surat al-Haqqoh. Dulu ana pernah meneliti hadith riwayat Umar ini, kesimpulannya ada kedhoifan. Nggak tahu kalau dikumpulkan semua.
Tentang firman Allah: Iyyakanak budu waiyya kanas tain. Hanya kepadaMu kami beribadah dan hanya kepadaMu kami meminta pertolongan. Ulama qiroah sab’ah dan jumhur membacanya dgn ‘ya’ yg ditashdid (iyyaka). ‘Iya’ adalah cahaya matahari dan mmg tidak terkait di sini. Disebutkan dlm catatatan kaki ini digunakan oleh al-Qurthubi, ttg qiroah yg menjadi spt itu iyyaka menjadi hiyyaka. Kita lanjutkan, nastain. Iyyaka nak budu wa iyyaka nastain. Nun yg pertama dlm qiro’ah semuanya dikasrohkan. Ibadah secara Bahasa adalah kehinaan. Dari Ibnu Taimiyyah, ibadah itu adalah kehinaan diri disertai rasa cinta. Itu ibadah. Kalau org sekadar menghinakan diri di hadapan org lain, semata2 itu, maka ini belum dikatakan ibadah. Secara syariat, ibadah adalah ungkapan terhadap suatu perkara yg menyatukan kesempurnaan rasa cinta, kesempurnaan ketundukan dan kesempurnaan rasa takut. Kalau di dlm al-Ubudiah punya Syaikhul Islam, dikatakan ibadah bila menyatukan puncak penghinaan diri dan puncak rasa cinta. Dan intinya sama.
Kemudian ttg iyyaka: diulangi iyyakanak budu waiyya kanas tain. Utk yg pertama mendahulukan maf’ulum bih nya sbg bentuk al-hasr wal ikhtisos krn kaedah maaruf ttg masalah ini: mendahulukan apa yg seharusnya diakhirkan memberikan faedah pengkhususan dan pembatasan. Krn asalnya adalah nakbuduka. Kemudian diajukan. Ketika diajukan kafnya tidak mungkin dia berdiri sendiri krn dia adalah dhomir muttasil maka dibuat munfasil (terpisah), agar mampu berdiri sendiri dikasi iyya. Iyya sebagai dhomir, kaf nya sebagai alamatul khitob lil muzakkar. Jadi dhomirnya adalah iyya. Kemudian Allah mengulang utk menunjukkan perhatian, krn kalau itu tidak dimunculkan lagi pun sudah cukup. Iyyakanak budu wa nastain: hanya kepadaMu kami beribadah dan memohon pertolongan. Ttp diulang lagi utk menunjukkan pentingnya masalah ini. Ibadah hanya kpd Allah,m ohon pertolongan juga hanya kpd Allah. Kami tidakmenyembah kecuali kepadaMu, dan kami tidak bertawakkal kecuali kepadaMu. Krn tawakkal ini bagian dari isti’anah, iaitu menyandarkan segala keadaan dan segala keperluan kpd Allah. Dan itulah hakikatnya isti’anah: mohon bantuan hanya kpd Allah. Kemudian disebutkan di sini: inilah kesempurnaan ketaatan, iaitu gabungan ketaatan zahir dan ketaatan batin. Ini kalau dilihat secara sekilas. Ibnu Taimiyah berkata ttg makna ibadah: dia adalah satu nama yg mencakup segala perkara yg Allah cintai dan Allah ridhoi, iaitu berupa ucapan dan perbuatan, yg lahir dan yg batin. Nastain ini secara mudahnya adalah dgn zohir, wp hatinya uga ada ketergantungan, maka dimasukkanoleh Ibnu Katsir di sini makna tawakkal di situ. Sementara makna tawakkal adalah amalan hati. Kemudian beliau mengatakan: dan agama ini semuanya kembali kpd 2 makna ini intinya adalah ibadah hanya kpd Allah dan intinya adalah mohon pertolongan hanya kpd Allah. Makanya yg minta2 kpd yg lain tanpa uzur, maka agamanya kurang. Dan ini sebagaimana ucapan sebagian salaf. Bahkan kalimatnya lebih luas iaitu seluruh kitab suci, intinya ada pd al-Qur’an. Kemudian, al-Qur’an, intinya ada pada Fathihatul Kitab.
Dan rahasia dari Fathihatul Kitab ada pada kalimat ini: iyyakanak budu waiyya kanas tain. Segalanya mmg kembali ke sini: hubungan dgn Allah dan hubungan dgn makhluk. Ada hak Allah, dan kalau hak Allah ditunaikan, ada hak makhluk di situ. Makanya ketika org sedang membaca Fathihatul Kitab di dlm solat, ketika sampai kpd kalimat iyyakanak budu waiyya kanas tain, maka Allah mengatakan: Ini antara hambaKu dan hambaKu akan mendapatkan apa yg dia minta. Berbeza dgn ayat2 yg sebelumnya, semuanya adalah utk Allah. Ketika mmbaca alhamdulillahi robbil alamin, Allah mengatakan: hambaKu memujiKu. Kemudian mengatakan arrohmanir rohim, Allah taala berfirman: hambaKu menyanjungKu. Kemudian maaliki yaumiddin, Allah taala menjawab: hambaKu sedang mengagungkan Aku. Kemudian ketika iyyakanak budu waiyya kanas tain, bukan hanya utk Allah tp dibagi: Ini antara hambaKu dan Aku. Ini menunjukkan yg bahawasanya agama ini intinya memenuhi hak Allah dan memenuhi hak para hamba. Makanya dikatakan org itu solih apb dia itu memenuhi hak Allah dan juga berbuat baik kpd para hamba. Dan didahulukan iyyakanak budu dari waiyya kanas tain, kata Imam Ibnu Qoyyim adalah krn hak Allah harus didahulukan drpd hak hamba. Kalau hak Allah tlh ditunaikan, baru Allah memenuhi hak hamba itu. Kalau tidak mrk akan disiksa sebagaimana hadith uadz bin Jabal.
Lafadz yg pertama adalah berlepas dari kesyirikan. Iyyakanak bud (hanya kepadaMu kami beribadah) kemudian yg ke2 berlepas diri dari upaya dan kekuatan, iaitu hanya kpd Allah memohon pertolongan. Hanya kpd Allah saya bersandar dan bergantung. Dan dua2nya adalah kalimat nafi dan isbat. Berlepas diri dari kesyirikan kembali kpd nafi dan isbat yg ada pd kalimat laailahaillallah. Adapun yg kedua juga kembali kpd kalimat nafi dan isbat laahaulawala kuwwataillabillah. Iaitu menyerahkan segala urusan kpd Allah. Dan ini juga disebutkan oleh Syaihkul Islam secara berulang2 di Majmu’ul Fatawa. Gabungan 2 makna ini ada di lebih dari 1 ayat di dlm al-Qur’an. Masalah ibadah dan isti’anah, sebagaimana firman Allah taala: “maka sembahlah Allah dan bergantunglah hanya kepadaNya, dan Robb mu itu tidak lalai dari apa yg kalian amalkan.” Sama ada itu terkait dgn ibadah atau ketika sedang meminta bantuan dan pertolongan. Juga dlm ayat yg lain: “katakanlah Dia ar-Rohman. Kami beriman kepadaNya dan hanya kepadaNya kami bertawakkal.” kemudian “Dialah Robb segala yg di timur dan di barat. Tidak ada sesembahan yg benar kecuali Dia” kembali kpd iyyakanakbud. Maka jadikan dia sebagai wakil kalian, iaitutawakkal hanya kepadaNya. Seperti itu pula ayat yg mulia ini. Initinya adalah berlepas diri dari kesyirikan dan berlepas diri dari segala kekuatan yg lain.
Kelanjutannya besok, insya Allah. Wallahu’alam.
No comments:
Write komentar