Selanjutnya: seseorang itu jika dituduh dengan dakwaan yang keliru; dia boleh untuk membela diri. Demikian pula seseorang itu boleh untuk menjelaskan duduk perkara yang sebenarnya; untuk menutup buruk sangka orang lain. Allah عز وجل berfirman:
﴿لَا يُحِبُّ الله الْجَهْرَ بِالسُّوءِ مِنَ الْقَوْلِ إِلَّا مَنْ ظُلِمَ﴾ [النساء/148].
"Allah tidak menyukai ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang dianiaya."
Dan Rabb kita سبحانه berfirman:
﴿وَالَّذِينَ إِذَا أَصَابَهُمُ الْبَغْيُ هُمْ يَنْتَصِرُونَ ﴾ [الشورى: 39].
“Dan orang-orang yang jika tertimpa kezhaliman mereka membela diri.”
Dan Rabb kita سبحانه berfirman:
﴿وَلَمَنِ انْتَصَرَ بَعْدَ ظُلْمِهِ فَأُولَئِكَ مَا عَلَيْهِمْ مِنْ سَبِيلٍ * إِنَّمَا السَّبِيلُ عَلَى الَّذِينَ يَظْلِمُونَ النَّاسَ وَيَبْغُونَ فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ أُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ﴾ [الشورى: 41، 42].
“Dan sesungguhnya orang-orang yang membela diri sesudah teraniaya, tidak ada satu dosapun (atau jalan untuk mencela) terhadap mereka. Sesungguhnya dosa (atau jalan untuk dicela) itu berlaku atas orang-orang yang berbuat zhalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih.”
Dan manakala Nabiyyullah Nuh عليه السلام dikatakan kepada beliau: "Sesungguhnya kami melihat engkau berada di dalam kesesatan yang nyata," beliau menjawab:
﴿يَا قَوْمِ لَيْسَ بِي ضَلَالَةٌ وَلَكِنِّي رَسُولٌ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ﴾ [الأعراف: 61].
"Hai kaumku, tak ada padaku kesesatan sedikitpun tetapi aku adalah utusan dari Tuhan semesta alam."
Dan Hud عليه السلام ketika dikatakan kepada beliau: "Sesungguhnya kami melihat engkau berada di dalam ketololan, dan sungguh kami mengira engkau itu termasuk dari orang-orang yang dusta." Beliau menjawab:
﴿ يَا قَوْمِ لَيْسَ بِي سَفَاهَةٌ وَلَكِنِّي رَسُولٌ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ﴾ [الأعراف: 67]
"Hai kaumku, tak ada padaku ketololan sedikitpun tetapi aku adalah utusan dari Rabb (Tuhan, Pencipta, Pemelihara, Pengatur, Pemberi rezeki –pen) semesta alam".
Dan Rasulullah ﷺ bersabda kepada dua Sahabat beliau:
«عَلَى رِسْلِكُمَا، إِنَّماَ هِيَ صَفِيَّةُ بِنْتُ حُيَيٍّ». (أخرجه البخاري (2035) ومسلم (2175)).
"Berjalanlah kalian berdua dengan pelan-pelan, wanita ini adalah Shafiyyah binti Huyayy." (HR. Al Bukhariy (2035) dan Muslim (2175), dari Shafiyyah Binti Huyaiy رضي الله عنها).
Dan dari 'Aisyah berkata: Rasulullah ﷺ bersabda:
«ذُبُّوْا بِأَمْوَالِكُمْ عَنْ أَعْرَاضِكُمْ».
"Belalah kehormatan kalian dengan harta-harta kalian." ("Tarikh Ashbahan" (hal. 292) dan dishahihkan oleh Al Albaniy رحمه الله dalam "Ash Shahihah" (1461), dan insya Allah memang shahih).
Itu semua adalah sebagai penjelasan dan pembelaan diri agar tidak terjadi persangkaan yang keliru dari orang lain.
Sesungguhnya setelah berulang-kali Asy Syaikh Rabi’ Bin Hadiy Al Madkhaliy هداه الله melancarkan makar dan tuduhan keji; Asy Syaikh Yahya Al Hajuriy حفظه الله mengeluarkan ceramah rekaman untuk membela diri dan membela Darul Hadits di Dammaj. Rekaman yang pertama adalah: “An Nushhur Rafi’ Lil Walidil Allamatisy Syaikh Rabi’”, pada malam Jum’at tanggal 10 Syawwal 1432 H.
Kemudian dua tahun setelah itu, beliau menampilkan ceramah yang kedua, yaitu: “An Nushhur Rafi’ Lil Walidil Allamatisy Syaikh Rabi’ Al Ishdaruts Tsaniy”, pada malam senin, 6 Jumadal Ula 1434 H.
Selanjutnya beliau membuat kata pengantar untuk kedua ceramah tadi, ditulis pada tanggal 22 bulan Jumadal Ula 1434 H.
Beberapa tahun yang lalu saya –Abu Fairuz وفقه الله- bersama Al Ustadzul Fadhil Abu Umar Ahmad Rifa’iy حفظه الله menerjemahkan ceramah yang kedua, dan telah dicetak dengan pertolongan semata.
Dan sekarang Allah ta’ala memberikan taufik bagi saya untuk menerjemahkan muqaddimah dan ceramah yang pertama, agar menjadi lengkaplah rangkaian jawaban dan nasihat Fadhilatu Syaikhina Yahya Al Hajuriy حفظه الله terhadap ragkaian tuduhan dan makar Asy Syaikh Rabi’ Al Madkhaliy وفقه الله.
Juga saya tambahkan beberapa catatan kaki yang sederhana dengan harapan lebih melengkapi kejelasan bagi para pembaca yang mulia.
Saya mengakui bahwasanya usaha ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, walaupun telah diusahakan untuk itu. Namun apa yang tidak mampu diraih secara lengkap, maka janganlah ditinggalkan secara total.
فالله الموفق إلى أقوم الطريق.
( "An Nushhur Rafi’ Lil Walidil Allamatisy Syaikh Rabi’” | Asy Syaikh Abu Fairuz Abdurrohman bin Soekojo Al Qudsiy Al Jawiy حفظه الله )
Sumber Channel Telegram: fawaidMaktabahFairuzAddailamiy
No comments:
Write komentar