Monday, 26 December 2022

CONTOH MATERI KHUTBAH (Khutbah Kelima Puluh Sembilan: Penyelamat Dan Pembinasa)

 

 CONTOH MATERI KHUTBAH

---------------------------------------------------


Khutbah Kelima Puluh Sembilan: Penyelamat Dan Pembinasa

الحمد لله الواحد الأحد ، الفرد الصمد ، الذي لم يلد ولم يولد ، ولم يكن له كفوا أحد، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له في ملكه وسلطانه ، ولا مثل له في أسمائه وصفاته، وبره وإحسانه ، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله ، المؤيد ببرهانه ، اللهم صل وسلم على محمد وعلى آله وأصحابه وأتباعه وأعوانه . أما بعد :

Wahai manusia, bertakwalah kalian kepada Allah ta’ala, dan tempuhlah jalan keselamatan dan keamanan, hindarilah jalan-jalan kebinasaan dan perkara-perkara yang menghancurkan. Sungguh Nabi ﷺ bersabda:

«ثَلَاثُ مُنْجِيَاتٍ، وَثَلَاثُ مُهْلِكَاتٍ. فَأَمَّا اْلمُنْجِيَاتُ: فَتَقْوَى اللهِ فِي السِّرِّ وَالْعَلَانِيَةِ، وَالْقَوْلُ بِاْلَحقِّ فِي الرِّضَى وَالْغَضَبِ، وَالْقَصْدُ فِي اْلغِنَى وَاْلفَقْرِ. أَمَّا اْلمُهْلِكَاتُ: فَهَوًى مُتَّبَعٌ وَشُحٌّ مُطَاعٌ، وَإِعْجَابُ اْلمَرْءِ بِنَفْسِهِ وَهِيَ أَشَدُّهُنَّ».

“Ada tiga perkara yang menyelamatkan dan ada tiga perkara yang membinasakan. Adapun perkara yang menyelamatkan adalah: ketakwaan pada Allah secara rahasia ataupun terang-terangan, berkata yang benar di dalam suasana ridha ataupun marah, dan bersikap pertengahan di dalam kekayaan dan kemiskinan. Adapun perkara yang membinasakan adalah: hawa nafsu yang diikuti, kebakhilan yang ditaati, dan kagumnya seseorang terhadap dirinya sendiri, dan inilah yang paling berat”.

Maka sungguh agung kalimat ini, mana dia itu mengumpulkan jalan-jalan kebaikan, dan memperingatkan dari faktor-faktor kebinasaan.

Adapun “ketakwaan pada Allah secara rahasia ataupun terang-terangan”, maka dia itu adalah pengendali segala urusan. Dengan itu dihasilkanlah kebaikan-kebaikan dan tertolaklah keburukan-keburukan. Amalan tadi adalah  senantiasa merasa diawasi oleh Allah, dan pengetahuan akan dekatnya Maha Raja Yang Maha Tahu, sehingga dirinya merasa malu kepada Rabbnya untuk Dia melihatnya di suatu keadaan yang terlarang, atau dia merasa malu kepada Rabbnya untuk Dia tidak mendapatinya di keadaan yang Dia ridhai.

Adapun “berkata yang benar di dalam suasana ridha ataupun marah”, maka hal itu adalah alamat kejujuran, keadilan dan taufik. Dan hal itu sebagai bukti terbesar kepada keimanan, dan bahwasanya hamba tadi telah menundukkan amarah dan syahwatnya, karena tidak akan selamat dari itu kecuali orang yang sangat jujur. Maka kemarahan dan syahwat tidak mengeluarkannya dari kebenaran, dan tidak memasukkannya ke dalam kebatilan. Bahkan kejujuran itu umum mencakup seluruh keadaan dirinya.

Adapun “bersikap pertengahan di dalam kekayaan dan kemiskinan” maka hal itu adalah alamat kuatnya akal dan bagusnya pengelolaan, serta pelaksanaan dari bimbingan Rabb Yang Maha Kuasa di dalam firman-Nya:

﴿وَالَّذِينَ إِذَا أَنْفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَلِكَ قَوَامًا ﴾ ]الفرقان: 67[.

“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian”.

Maka ketiga perkara tadi telah mengumpulkan segala kebaikan yang terkait dengan hak Allah, hak diri sendiri, dan hak para hamba. Pelakunya telah berjaya mendapatkan ketinggian derajat, hidayah dan kelurusan.

Adapun ketiga perkara yang membinasakan, maka yang pertama adalah: “hawa nafsu yang diikuti,” Allah berfirman:

﴿ وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنَ اتَّبَعَ هَوَاهُ بِغَيْرِ هُدًى مِنَ الله ﴾ ]القصص: 50[.

“Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun?”.
 
Sungguh hawa nafsu itu menghempaskan pemiliknya ke dalam lapisan Neraka yang paling dasar. Dengan hawa nafsulah maka jiwa terdorong untuk menuju kepada syahwat-syahwat yang membahayakan dan membinasakan.

Adapun “kepelitan yang ditaati” maka sungguh jiwa itu memang sangat pelit.

﴿وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ ﴾ ]التغابن: 16[.

“Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung”.
Dan barangsiapa patuh kepada kekikirannya maka mereka itulah orang-orang yang merugi, karena sungguh kekikiran itu membawa kepada kebakhilan dan menghalangi pemenuhan hak-hak, mengajak kepada perugian, pemutusan hubungan dan kedurhakaan pada orang tua. Kekikiran mengajak pelakunya kepada pemutusan hubungan lalu merekapun memutuskan hubungan-hubungan. Kekikiran mengajak mereka untuk menghalangi pemenuhan hak-hak yang wajib ditunaikan, maka merekapun menaatinya. Kekikiran menghasung untuk bermuamalah dengan buruk berupa: merugikan orang lain, menipu, riba, maka merekapun melakukannya.
Maka kekikiran itu mengajak kepada setiap akhlak yang rendah, dan melarang dari setiap akhlak yang indah.

Adapun “kagumnya seseorang pada dirinya sendiri” maka hal itu termasuk pembinasa yang paling besar dan perkara yang paling mengerikan, karena sikap ‘ujub adalah pintu menuju kepada kesombongan dan kepongahan serta ketertipuan pada diri sendiri. Dan itu juga jalan menuju kepada sikap berbangga-bangga, keangkuhan dan menghina para makhluk yang mana itu semua adalah termasuk keburukan yang paling besar.

Maka tiga perkara ini: “hawa nafsu yang diikuti, kebakhilan yang ditaati, dan kagumnya seseorang terhadap dirinya sendiri,” barangsiapa mengumpulkannya, maka dia termasuk dari orang-orang yang akan binasa. Dan barangsiapa punya sifat tadi, maka sungguh dia akan kembali dengan kemurkaan dari Allah dan berhak mendapatkan siksaan yang menghinakan.

Maka sungguh bagus orang yang hawa nafsunya mengikuti perkara-perkara yang Allah ridhai, dan sungguh bagus orang yang dilindungi dari kekikiran sehingga dia termasuk dari orang-orang yang beruntung. Dia mengetahui dirinya sendiri sehingga dia bersikap tunduk kepada kebenaran, rendah hati kepada orang-orang yang beriman.

Semoga Allah memberi diriku dan kalian akhlak yang mulia dan tinggi, juga menjaga kita dari akhlak yang berbahaya dan buruk. Dan kita berlindung kepada Allah dari keburukan jiwa kita dan kejelekan amalan-amalan kita.
------------------------------------

( Dikutip dari Kitab : "Al Fawakihusy Syahiyyah Fil Khuthabil Minbariyyah”  lil Imam Abdurrahman Bin Nashir As Sa’diy رحمه الله | terjemah bebas : Catatan Salafi buat kumpulan Khutbah Al Imam As Sa'diy | Asy Syaikh Abu Fairuz Abdurrahman bin Soekojo Al Qudsiy Al Jawiy)

Sumber Channel Telegram: fawaidMaktabahFairuzAddailamiy

No comments:
Write komentar
pergerakan

Archive

BIOGRAFI