Tercelanya meminta-minta
Berkata Imam Nawawi ىحمه الله تعالى, Hadith 579, dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, dari Nabi sallallahu alaihi wasallam yg bersabda,
((كان داود عليه السلام لا يأكل إلا من عمل يديه)) رواه البخاري
"Dulu Nabi Daud alaihi salam tidak makan kecuali dari hasil kerja tangan beliau",
رواه البخاري
Thoyyib, disebutkan oleh Al Hafidz Ibnu Hajar رحمه الله تعالى, ini menunjukkan adanya hasr, dlm Fathul Bari itu. Adanya pembatasan bahwasanya ketika dikatakan
لا يأكل إلا
berarti pembatasan, "beliau tidak makan kecuali hasil kerja tangan beliau".
Yaitu beliau tidak korupsi, tidak pula mencuri, tidak pula merompak, atau memanfaatkan posisi sebagai raja lalu, eh apa itu istilahnya, mengebas harta rakyat, tidak demikian.
Tapi beliau memilih apa, mencari nafkah dengan pekerjaan tangan beliau.
Kerana Allah taala telah berfirman,
وان لمنه صنعت لبس
"Kami ajarkan kepada Nabi Daud untuk membuat pakaian-pakaian baju besi".
Demikian pula perlengkapan peperangan dan sebagainya. Untuk apa? Jihad fi sabilillah dan sebagainya. Lalu dari situlah beliau mendapatkan hasil dengan cara menjual barang tersebut dan seterusnya, walaupun beliau kepala negara.
Dan dari sini, kata Al Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah, ada dalil bahwasanya,
التكاسب لا نواف التوكل
Berkerja dan mencari nafkah, itu tidak bertentangan dengan ketawakkalan, kerana Allah taala sendiri telah memerintahkan nabi-Nya untuk berjaga-jaga, demikian pula Allah taala telah mengajarkan nabinya, Nabi Muhammad sallallahu alaihi wasallam, mengilhamkan pada beliau untuk memakai dua baju besi dalam Perang Uhud. Ha ini adalah takasub yang halal.
Padahal apa? Beliau adalah سيد المتوكلين, pemimpin orang-orang yang bertawakal, tapi tetap beliau dalam peperangan itu, memakai baju besi bahkan pakai dua baju besi.
Tapi jangan berlebihan dalam artian, usaha akhirnya apa? Akhirnya minta bantuan jin, pakai apa itu? Kekebalan ini, kekebalan itu. Kalau gitu bagaimana mau mati syahid? Tidak mati-mati nanti. Kalaupun mati, matinya apa? Dalam keadaan tergantung pada makhluk. Karena apa sampai minta bantuan jin dan seterusnya, atau yang di Jawa istilahnya lembu sekilan itu. Kalau ada tembakan atau tusukan pasti apa, jaraknya sudah tinggal sekilan saja. Tidak pernah kena. Tapi apa, mengaku ingin mati syahid. Bagaimana mati syahid, ternyata takut mati sampai berbuat syirik.
Demikian pula ketika terjadi tembakan panah. Beliau sampai berlindung di Khondak dan seterusnya. Berlindung di balik dinding benteng. Ini menunjukkan berusaha untuk mencari keselamatan dan itu tidak bertentangan dengan tawakkal karena takasub, ini amalan zohir, sementara tawakkal ini amalan hati. Masing-masing ada amalannya.
Dan dijelaskan oleh guru beliau yaitu Al Hafidz Al Iraqi di dalam kitab beliau Thorhuth Tasrib, di antara faedah hadith ini adalah bahwasanya التكاسب, ini termasuk amalan yang sangat mulia. *Berkerja itu adalah amalan yang sangat mulia.*
Karena para ulama menjadikan hadith ini sebagai perbandingan dengan masalah meminta-minta.
Bahkan apa, sebagian ulama menjadikan, kata Al-Hafidz Al-Iraqi, sebagai dalil bahwasanya berkerja menghasilkan dari produk tangan dia sendiri, itu adalah termasuk pekerjaan yang terbaik.
Ini yang dikatakan sebagai apa? Sina'ah, yaitu berbuat, membuat. Mungkin apa? Produk kayu atau produk besi atau prodak kue, prodak baju-baju dan sebagainya. Ini, asalkan itu adalah hasil kerja tangan dia, maka ini adalah terbaik karena Rasulullah sallallahu alaihi wasallam memuji Nabi Daud dengan sebab itu.
Walaupun kemudian dijelaskan oleh al Iroqi, di sini tidak ada dalil bahwasanya itu terbaik, tapi kalau termasuk yang terbaik, betul.
Adapun dikatakan yang terbaik, ini masih diperselisihkan. Adapun dalil yang paling banyak itu mengisyaratkan dan menunjukkan kepada تجارة, perniagaan. Sementara perniagaan ini umum, boleh jadi dia membuat sendiri lalu menjual, boleh jadi dia menjual dari apa produk orang lain. Yang pasti, ini semua adalah termasuk pekerjaan yang terbaik.
Dan ada kemungkinan, Nabi Daud memang membuat dan kemudian menjual. Rata-rata, insya Allah menjual itu. Kata beliau kemungkinan besar beliau menjual. Sehingga masuk di dalamnya adalah تجارة, perniagaan.
Dan dijelaskan oleh al Imam Ibnu Utsaimin rahimahullahu taala dalam syarah Riyadhus Sholihin, *ini menunjukkan bahwasanya akhlak orang-orang yang mulia adalah mereka tidak ingin dihinakan dengan meminta-minta. Mereka rela untuk bekerja keras, rela untuk mencari nafkah, walaupun letih, walaupun mengalami kesulitan ini dan itu, daripada dihinakan dengan meminta-minta.
Buktinya di sini, Rasulullah sallallahu alaihi wasallam karena hadithnya, sebenarnya ada sebelumnya yaitu bicara masalah bekerja, kemudian menyebutkan masalah Nabi Daud, kemudian menyebutkan Nabi Zakaria. Cuma di sini Imam Nawawi memisahkan hadisnya.
Dan juga dari sini disebutkan oleh al Iroqi رحمه الله تعالى, bahwasanya pengajaran yang disertai dengan pendalilan, ini lebih kuat di dalam menguatkan ucapan. Kenapa? Karena Rasulullah صلى الله عليه وسلم, setelah menyebutkan masaalah pentingnya bekerja, dan bahwasanya bekerja itu lebih baik daripada meminta-minta, lalu Rasulullah menyebutkan
كان داود عليه السلام لا يأكل إلا من عمل يديه، وكان زكريا عليه السلام نجارا
Setelah menyebutkan masalah bekerja lalu Rasulullah berdalilkan dengan para nabi yang terdahulu. Nabi Daud sendiri tidak makan kecuali dari kerja tangan beliau, dan Nabi Zakaria itu adalah tukang kayu.
Dan ini ada sisi kesamaan yaitu apa? Sama-sama سناعة, yaitu produk. Yang ini produk besi, yang itu produk kayu. Walaupun nabi sendiri, ucapan beliau adalah dalil tetapi beliau mengajarkan kepada umat, kalau bicara itu harus apa memiliki hujah yang kuat.
Sebagaimana ini dijelaskan oleh Imam Ibnu Qayyim rahimahullah dalam Ilamul Muwaqi'in, Nabi Muhammad adalah dalil itu sendiri. Tapi beliau sering dalam berdalil itu, dalam mengucapkan sesuatu beliau mendatangkan dalil. Terkadang beliau membacakan ayat. Terkadang beliau menyebutkan para nabi terdahulu. Terkadang beliau mendatangkan qiyas yang sahih
ارايت ارايت
bagaimana pandanganmu kalau begini-begini maka niscaya begini. Ini semuanya adalah pendalilan.
Thoyyib, kalau nabi saja, yang mana maksum dari kesalahan saja, dalam berfatwa itu beliau memiliki hujah, menyampaikan hujahnya, maka bagaimana dengan para mufti yang datang setelah beliau. Nah inilah sisi pembahasan yang disebutkan Ibnul Qayyim dalam I'lamul Muwaqqi'in.
Thoyyib, kemudian disebutkan juga, kalau tidak salah, oleh Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullahu taala, ini kembalinya kepada keumuman firman Allah taala,
أولئك الذين هدى الله فبهداهم اقتده
Mereka itulah orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah maka dengan petunjuk mereka itulah hendaknya engkau meneladani
Yaitu apa? Para nabi, mereka menempuh jalan-jalan yang bagus dan Nabi Muhammad sallallahu alaihi wasallam diperintahkan untuk menempuh jalan itu.
Kita sebagai pengikut beliau juga menempuh jalan itu, yaitu bukan minta-minta. Nabi Zakaria tidak minta-minta, baik untuk diri sendiri, ataupun untuk dakwah. Nabi Daud tidak pernah minta-minta baik untuk diri sendiri ataupun untuk dakwah.
Demikian pula Nabi Muhammad ketika membangun masjid terbaik kedua yaitu Masjid Nabawi. Beliau tidak minta-minta, minta bantuan ini dan itu tapi minta bantuan harta maksudnya, kalau tenaga jelas perlu ta'awwun, tidak mungkin membangun masjid satu orang saja. Tapi dalam masalah harta beliau tidak minta-minta.
Beliau bahkan mengatakan wahai Bani Najar sebutkan harga kebun kalian kepadaku yaitu Rasulullah ingin membelinya.
Lalu mereka mengatakan, "Demi Allah, kami tidak meminta harganya kecuali dari Allah."
Ha, mereka ingin apa? Ingin mewakafkan tanah tersebut. Thoyyib, Adapun kalau Rasulullah meminta, maka ini adalah apa? Adalah kekhususan beliau karena ini masuk di dalam Bai'atul Aqobah. *Sementara kita, kita dalam artian para dai atau para pengajar atau mungkin para Ustad, para masyarakat tidak ada ikatan baiat dengan kita sehingga kita layak meminta-minta pada mereka.*
*Tidak boleh dalam masalah ini kita mengqiyaskan dengan nabi, karena nabi ada dalil khusus tentang masalah itu.* Ha kita ikut dalil-dalil umum beliau.
Thoyyib,
الى هنا والله اعلم
Sumber Channel Telegram: soaljawab_sheikhabufairuz
No comments:
Write komentar