Repost by: Alfaruq’s Blog
Sumber Channel Telegram: Nashihatulinnisa
Bantahan dari syubhat akan bolehnya acara maulid Nabi
Soal titipan dari humairo jakarta di group WA nashihatulinnisa :
Assalaamu 'alaykum warohmatullaah wa baarokaatuh
ini ada syubhat yg ana dapatkan dari salah satu ikhwan yg dikirimkan kepada beliau terkait status yang memposting akan bid'ahnya maulid nabi: lalu bagaimana dengan rasulullah saw sendiri yang merayakan hari kelahirannya dengan berpuasa?
Ini merupakan 1 dari sekian banyak dalil bahwa rasulullah saw merayakannya.
Puasa adalah ibadah.
Maulid begitu juga
Ucapan yang membolehkan maulid :Knp maulid di katakan ibadah?
Karena di dlmnya
1. Membacakan sejarah nabi
2. Tausiyah
3. Pembacaan ayat suci alquran
4. Silaturahmi
Ingat saudaraku Rasulullah tidak pernah melarang, bagi yg tidak merayakan merayakan tidak masalah tapi kita jgn sampai menyalahkan yg merayakan yaa
Karena ini bentuk kecintaan. Ada dalil lagi, banyak sebenarnya "tidak sempurna iman seseorang sampai ia mencintai diriku lebih dari kedua org tuanya, anak2 nya dan seluruh manusia didunia ini"
Tambah lagi dalil
2 orang sahabat
Ibnu zubair ra saat nabi berbekam dan malik bin sinan ra pada saat perang uhud yang meminum darah rasulullah saw karena kecintaan beliau.
Kita tau minum darah hukumnya haram Tapi karena itu merupakan salah satu bentuk kecintaan sahabat kpd rasulullah, beliau tidak melarang.
Beliau bersabda "barangsiapa didalam darahnya mengalir darahku ia tidak akan di sentuh api neraka"
Apalagi para anak turun cucu beliau para habaib.
Apalagi hanya perayaan maulud yg di dlmnya merupakan rangkaian ibadah, tidak merayakan tidak masalah tapi jgn sampai melarang apa yg tidak pernah rasul larang jika di sandingkan dengan sahabat tidak merayakan rasul tidak mengajarkan.
Abu abdillah muhammad bin ismail bin ibrahim al-bukhari (shahih
bukhari) mengatakan:
Semua hadits yg aku tulis ini semua shahih tapi masih banyak lagi yg
shahih yg tidak aku tulis.
Karena suasana huru hara pada zaman itu
Jadi pada siapa? Selebihnya ada pada para haibaib.
Mereka mempelajari turun temurun menghapal hadits lengkap dengan sanadnya sampai kepada rasulullah saw. Salah satunya habib abdul qodir bin ahmad bilfaqih al-alawy yang menghapal ribuan hadits lengkap dengan sanad sampai kepada rasulullah saw.
Jgn mudah menyalahkan sesama saudara dan jgn sampai menuduh bidah.
Dengan kita mncap seeorang bidah berarti dia sesat tempatnya di neraka. Sama saja kita mencabut hak keislamannya.
___________________
Bismillaah. Ini hanya sebagai bantahan yang ringkas terhadap syubhat di atas :
@ucapan yang membolehkan maulid : lalu bagaimana dengan rasulullah saw sendiri yang merayakan hari kelahirannya dengan berpuasa?Ini merupakan 1 dari sekian banyak dalil bahwa rasulullah saw merayakannya.
_____________________
@Sanggahan dari penyusun : Dimana dalil mereka akan perkara tersebut (beliau merayakan hari kelahirannya dengan berpuasa), apakah karena beliau berpuasa pada hari senin, dengan sabda beliau
ذلك يوم ولدت فيه
itu adalah hari dimana aku dilahirkan ?
maka Kita katakan pada mereka : sebagaimana yang disebutkan oleh syaikh sholih al fauzan anggota haihah dewan fatwa ulama saudi.
أولاً: الرسول لم يحتفل بيوم مولده إنما صامه فقط فالصيام فيه سنة لأن
الرسول فعله والاحتفال فيه بدعة لأن الرسول تركه.
- Rasulullaah tidak merayakan hari maulidnya (sebagaimana sangkaan kalian), akan tetapi beliau hanya berpuasa, maka berpuasa pada hari tersebut adalah sunnah (suatu ibadah), sebab Rasulullooh telah melakukannya, dan perayaan pada hari kelahirannya beliau adalah suatu bid’ah sebab Rasulullaah meninggalkanya
و نقول ثانياً: صيامه صلى الله عليه وسلم يوم الاثنين ليس لأنه ولد فيه
فقط وإنما لأنه أيضا تعرض فيه أعمال العباد على الله وهو صلى الله علي
وسلم يحب أ، يعرض عمله على الله وهو صائم كما صح ذلك عنه. كما أنه صلى
الله عليه وسلم كان يصوم يوم الخميس من أجل ذلك.
- Berpuasanya beliau pada hari senin, bukan hanya karena beliau dilahirkan pada hari tersebut, akan tetapi beliau juga berpuasa karena amalan amalan hamba pada hari tersebut diperhadapkan kepada Allooh, dan Rasulullooh senang diperhadapkan amalannya kepada pada Allooh dalam keadaan beliau berpuasa, sebagaimana telah shohih dari nabi shollaallaahu ‘alaihi wasallam, sebagaimana beliau juga berpuasa pada hari kamis karena maksud itu. Lihat sumber https://www.alfawzan.af.org.sa/ar/node/2309.
Dan beliau berpuasa pada hari senin dan kamis dengan beberapa dalil bukan karena merayakan akan kelahirannya. Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau mengatakan,
إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ يَتَحَرَّى صِيَامَ
الاِثْنَيْنِ وَالْخَمِيسِ.
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa menaruh pilihan berpuasa pada hari Senin dan Kamis.” (HR. An Nasai no. 2362 dan Ibnu Majah no. 1739. Dan Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Usamah bin Zaid berkata,
قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّكَ تَصُومُ حَتَّى لاَ تَكَادَ تُفْطِرُ وَتُفْطِرُ حَتَّى لاَ تَكَادَ أَنْ تَصُومَ إِلاَّ يَوْمَيْنِ إِنْ
دَخَلاَ فِى صِيَامِكَ وَإِلاَّ صُمْتَهُمَا. قَالَ « أَىُّ يَوْمَيْنِ
». قُلْتُ يَوْمَ الاِثْنَيْنِ وَيَوْمَ الْخَمِيسِ. قَالَ « ذَانِكَ
يَوْمَانِ تُعْرَضُ فِيهِمَا الأَعْمَالُ عَلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ
فَأُحِبُّ أَنْ يُعْرَضَ عَمَلِى وَأَنَا صَائِمٌ »
“Aku berkata pada Rasul –shallallahu ‘alaihi wa sallam-, “Wahai Rasulullah, engkau terlihat berpuasa sampai-sampai dikira tidak ada waktu bagimu untuk tidak puasa. Engkau juga terlihat tidak puasa, sampai-sampai dikira engkau tidak pernah puasa. Kecuali dua hari yang engkau bertemu dengannya dan berpuasa ketika itu.” Nabi shallallahu‘alaihi wa sallam bertanya, “Apa dua hari tersebut?” Usamah menjawab, “Senin dan Kamis.” Lalu beliau bersabda, “Dua hari tersebut adalah waktu dihadapkannya amalan pada Rabb semesta alam (pada Allah). Aku sangat suka ketika amalanku dihadapkan sedang aku dalam keadaan berpuasa.” (HR. An Nasai no. 2360 dan Ahmad 5: 201. ).
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
تُعْرَضُ الأَعْمَالُ يَوْمَ الاِثْنَيْنِ وَالْخَمِيسِ فَأُحِبُّ أَنْ
يُعْرَضَ عَمَلِى وَأَنَا صَائِمٌ
“Berbagai amalan dihadapkan (pada Allah) pada hari Senin dan Kamis, maka aku suka jika amalanku dihadapkan sedangkan aku sedang berpuasa.”
(HR. Tirmidzi no. 747.dan Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih lighoirihi yaitu shahih dilihat dari jalur lainnya).
Dari Abu Qotadah Al Anshori radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu‘alaihi wa sallam pernah ditanya mengenai puasa pada hari Senin, lantas beliau menjawab,
ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيهِ وَيَوْمٌ بُعِثْتُ أَوْ أُنْزِلَ عَلَىَّ فِيهِ
“Hari tersebut adalah hari aku dilahirkan, hari aku diutus atau diturunkannya wahyu untukku.” (HR. Muslim no. 1162)
Keutamaan hari Senin dan Kamis secara umum dijelaskan dalam hadits Abu Hurairah berikut, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
تُفْتَحُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ يَوْمَ الاِثْنَيْنِ وَيَوْمَ الْخَمِيسِ
فَيُغْفَرُ لِكُلِّ عَبْدٍ لاَ يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا إِلاَّ
رَجُلاً كَانَتْ بَيْنَهُ وَبَيْنَ أَخِيهِ شَحْنَاءُ فَيُقَالُ
أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى
يَصْطَلِحَا أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا
“Pintu surga dibuka pada hari Senin dan kamis. Setia hamba yang tidak berbuat syirik pada Allah sedikit pun akan diampuni (pada hari tersebut) kecuali seseorang yang memiliki percekcokan (permusuhan) antara dirinya dan saudaranya. Nanti akan dikatakan pada mereka, akhirkan urusan mereka sampai mereka berdua berdamai, akhirkan urusan mereka sampai mereka berdua berdamai.” (HR. Muslim no. 2565).
_____________________
@Ucapan yang membolehkan maulid: Puasa adalah ibadah.Maulid begitu juga
_____________________
@Sanggahan dari penyusun: Jadi mereka ingin mengkiyaskan antara puasa yang ada dalilnya dengan maulid nabi yang tidak ada dalilnya (baca lebih lanjut akan keterangan dibawah), dan ini adalah kiyas yang fasid atau rusak.
Perlu diketahui Ibadah adalah taufiqiyyah, maksudnya bukan dikatakan suatu ibadah kecuali dengan syariat bukan dengan pendapat manusia .Dan ucapan bukanlah dinilai sebagai ibadah, dan perbuatan bukanlah dinilai sebagai ibadah kecuali dengan dalil dari kitab dan sunnah Rasulillaah.
Syaikhul Islam menjelaskan definisi ibadah,
الْعِبَادَة هِيَ اسْم جَامع لكل مَا يُحِبهُ الله ويرضاه من
الْأَقْوَال والأعمال الْبَاطِنَة وَالظَّاهِرَة
Ibadah adalah istilah yang digunakan untuk menyebut semua yang dicintai dan diridhai oleh Allah, baik berupa ucapan, atau perbuatan, yang dzahir maupun bathin. (Risalah al-Ubudiyah, hlm. 2).
Masuk dalam ibadah : dzikir, puasa, sholat dan amalan lain yang dicintai dan diridhoi oleh Allooh .
Sementara definisi bid’ah sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu Hajar Al Asqolani rahimahullah berikut ini.
والمراد بقوله كل بدعة ضلالة ما أحدث ولا دليل له من الشرع بطريق خاص ولا عام
“Yang dimaksud setiap bid’ah adalah sesat yaitu setiap amalan yang dibuat-buat dan tidak ada dalil pendukung baik dalil khusus atau umum”lihat (Fathul Bari, 13/ 254).
Juga ada perkataan dari Ibnu Rajab Al Hambali rahimahullah,
فكلُّ من أحدث شيئاً ، ونسبه إلى الدِّين ، ولم يكن له أصلٌ من الدِّين
يرجع إليه ، فهو ضلالةٌ ، والدِّينُ بريءٌ منه ، وسواءٌ في ذلك مسائلُ
الاعتقادات ، أو الأعمال ، أو الأقوال الظاهرة والباطنة .
“Setiap yang dibuat-buat lalu disandarkan pada agama dan tidak memiliki dasar dalam Islam, itu termasuk kesesatan. Islam berlepas diri dari ajaran seperti itu termasuk dalam hal i’tiqod (keyakinan), amalan, perkataan yang lahir dan batin” Lihat (Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, 2/ 128).
Dan juga sebagaimana yang dikatakan oleh syaikh al utsaimin Rohimahullooh
فكل من تعبد لله بشيء لم يشرعه الله، أو بشيء لم يكن عليه النبي
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وخلفاؤه الراشدون فهو مبتدع سواء كان
ذلك التعبد فيما يتعلق بأسماء الله وصفاته أو فيما يتعلق بأحكامه وشرعه*
.
Setiap yang beribadah kepada Allooh dengan sesuatu yang Allooh tidak syariatkan atau dengan sesuatu yang nabi dan para khulafaur_Roosyidin tidak berada diatasnya, maka ia pelaku bidah, sama saja peribadahan yang berkaitan dengan nama nama Allooh dan sifatnya atau yang berkaitan dengan hukumnya dan syariatnya.
Ringkasnya yang dimaksud bid’ah adalah amalan tersebut baru, diada-adakan atau dibuat-buat. disandarkan sebagai bagian dari ajaran agama dan tidak memiliki landasan dalil baik dari dalil yang sifatnya khusus atau umum.
_____________________
@Ucapan yang membolehkan maulid :Knp maulid di katakan ibadah?
Karena di dlmnya
1. Membacakan sejarah nabi
2. Tausiyah
3. Pembacaan ayat suci alquran
4. Silaturahmi.
_____________________
@Sanggahan dari penyusun: Yang disyariatkan bagi seorang muslim adalah meneladani beliau pada hari senin dalam berpuasa, bukan merayakan hari kelahiran beliau dengan acara maulid.
Bahkan apa yang mereka sebutkan merupakan sederetan dari perkara bidah, dan kemungkaran yang terdapat pada perayaan peringatan maulid nabi pada bulan robiul awal sebagaimana yang disebutkan oleh syaikh al-allaamah al-fauzan hafidzahullooh:
- Diantara mereka hanya sekedar berkumpul dibacakan kisah maulid Nabi atau dikedepankan nasehat agama, dan nyayian qasidah
- Diantara mereka ada yang membuat makanan dan manisan, diberikan pada jamaah yang hadir, dan sebagian mereka ada yang melakukan dimasjid atau dirumah.
- Diantara mereka ada yang tidak mencukupi apa yang telah disebutkan, maka dijadikan pada perkumpulan tersebut yang mencakup perkara yang haram dan kemungkaran berupa campur baur lelaki dan wanita , menari, nyanyian, atau amalan amalan kesyririkan seperti istigoshoh terhadap Rasululllaah lihat: https://www.alfawzan.af.org.sa/ar/node/2309
Mereka mengatakan bahwa dalam acara maulid ada SIRAH nabi yang dibaca, Ayat al-quran, silatuhrami, maka kami katakan pada mereka : sungguh membaca sirah nabi dituntut bagi setiap muslim untuk senantiasa membacanya semasa hdupnya, begitu pula alquran, silatuhrahmi tanpa ada pengkhususan pada hari tertentu di acara maulid tanpa ada dalil yang mengkhususkannya, maka sungguh itulah yang merupakan perkara bidah, dan perkara bidah tidak akan membuahkan hasil kecuali kejelekan dan jauh dari Sunnah Nabi. Dan termasuk kesalahan dari yang melakukan bid’ah, ketika mereka dilarang melakukan dzikir atau shalawat, dengan kaifiyah, tata cara tertentu atau menentukan bilangan tertentu atau waktu tertentu tanpa adanya dalil, atau membaca alquran, atau melakukan sholat dikhususkan pada waktu tertentu tanpa ada dalil, maka mereka pun mengatakan, “kenapa kalian melarang dzikir atau melarang shalawat, membaca al quran, dan sholat ??
Agar dapat memahami masalah ini, perlu dipahami bahwa ulama membagi bid’ah itu menjadi dua bentuk:
- Bid’ah ashilyyah atau haqiqiyyah, yaitu bid’ah yang tidak berdasar dalil sama sekali, tidak dari Al-Qur’an, As-Sunnah, ijma’ dan sisi pengambilan dalil yang diakui oleh ahli ilmu, tidak secara global maupun terperinci, oleh karenanya dinamakan bid’ah, karena merupakan sesuatu yang baru tanpa ada contoh sebelumnya [Lihat Al-I’tishom, Al-Imam Asy-Syatibi rahimahullah, 1/367].
Contoh bid’ah ashliyyah atau haqiqiyyah adalah lafaz-lafaz dzikir dan shalawat yang sama sekali tidak berdasarkan dalil, seperti shalawat naariyyah, shalawat badar, yang biasa dilantunkan pada acara maulid dan lain-lain.
- Bid’ah idhafiyyah (yang disandarkan), adalah sesuatu yang memiliki dua sisi, di satu sisi sesuai sunnah karena berdasarkan dalil, di sisi yang lain merupakan bid’ah karena tidak berdasarkan dalil [Lihat Al-I’tishom, Al-Imam Asy-Syatibi rahimahullah, 1/367, 445].
Contohnya adalah, lafaz-lafaz dzikir atau shalawat yang berdasarkan dalil, namun dalam pelaksanaannya terdapat kebid’ahan atau sholat dan puasa ini ada dalil tapi ketika dikhususkan pada waktu tertentu tanpa ada dalil, maka ia menjadi bidah idhafiyah.
Seperti ucapan tahlil: Laa Ilaaha Illallah, tidak diragukan lagi ini adalah lafaz dzikir yang disyari’atkan, namun jika seseorang dalam bentuk pelaksanaan atau tata caranya tidak sesuai dengan syaiat, tatkala ketika menggiring jenazah keperkuburan dengan mengangkat suara dan serentak berjamaah seperti paduan, ini adalah bid’ah karena tidak berdasarkan dalil.
Jadi dalam acara maulid jangan beranggapan, itu kan baik karena ada bacaan Al-Qur’an, ceramahnya, silatuhrahmi, itu semua ibadah, kenapa dikatakatan bidah???
Kita katakan: itu bidah karena ibadah ibadah tersebut dikhususkan pada hari tertentu sebagai hari yang selalu dirayakan berulang-ulang tanpa ada dalil.
Jadi pada perayaan maulid nabi bukan hanya ada bidah haqiqiyah atau asliyyah (seperti sholawat badariyah yang dilantunkan yang tidak ada dalilnya, berdiri ketika membaca bagian tertentu dengan keyakinan Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam telah hadir ), akan tetapi juga termasuk bidah idhafiyaah(tambahan).
Nah untuk mengetahui bid’ah idhafiyyah dapat dilihat dari enam sisi:
- Sebab melakukan ibadah. Sholat tahajjud disunnahkan. Andai seseorng sholat tahajjud dengan sebab malam Isra’ Mi’raj maka sholatnya menjadi bid’ah, karena tidak ada dalil yang menunjukkan disunnahkan sholat karena bertepatan dengan malam tersebut.
- Jenis, seperti jenis hewan yang disyari’atkan untuk kurban. Berkurban disyari’atkan dengan jenis hewan unta, sapi dan kambing. Andai seseorang berkurban dengan kuda atau ayam, maka kurbannya menjadi bid’ah.
- Bilangan (ketentuan jumlah). Berdzikir disyari’atkan. Andai seseorang menentukan jumlah khusus seperti 1000 kali dalam sehari tanpa adanya dalil, maka dzikirnya menjadi bid’ah.
- Tata cara (kaifiyyah) beribadah. Sholat 5 waktu telah ditentukan caranya. Andai seseorang menciptakan cara-cara tersendiri maka sholatnya menjadi bid’ah.
- Waktu beribadah. Hari ‘ied (hari yang selalu dirayakan atau diperingati secara berulang-ulang) telah ditentukan dalam syari’at yaitu Idul Adha dan Idul Fitri. Andai seseorang menambah-nambah hari di hari ‘ied yang lain di waktu yang lain, maka ia telah berbuat bid’ah. Demikian pula haji telah ditentukan waktunya, andai seseorang berhaji di luar bulan-bulan haji maka hajinya menjadi bid’ah.
- Tempat ibadah. Haji dan umroh diwajibkan. Andaikan seseorang melakukan haji dan umroh di selain baitullah atau tempat-tempat yang telah ditentukan, maka haji dan umrohnya menjadi bid’ah.
Jadi, tidak cukup lafaz dzikir dan shalawat yang sesuai dalil,tapi ke enam sisi ini pun harus sesuai dalil, jika tidak maka menjadi bid’ah.
[Lihat Al-Ibda’ fi Kamaal As-Syar’i wa Khatharil Ibdtida’, Asy-Syaikh al utsaimin hal 21-23.]
_____________________
@Ucapan yang membolehkan maulid :Ingat saudaraku Rasulullah tidak pernah melarang, bagi yg tidak merayakan merayakan tidak masalah tapi kita jgn sampai menyalahkan yg merayakan yaa
_____________________
@Sanggahan dari penyusun : Suatu kedustaan bahwa Nabi tidak melarang kalian melakukan perkara bid'ah , termasuk peringatan maulid Nabi.
Ingin dikemanakan hadits hadits di bawah ini,??
Dua hadits dibawah ini merupakan Ushul dari perkara bid'ah, dan di atas inilah para ulama membangun pengertian bid'ah dan batasan batasannya dan kaidahnya.
Hadits irbad bin saariyah Rodhialloohu,
وإياكم ومحدثات الأمور ؛ فإن كل محدثة بدعة ، وكل بدعة ضلالة
“Berhati-hatilah kalian dari perkara baru , sebab setiap perkara baru
adalah bid'ah , dan setiap bid'ah adalah kesesatan.” (HR abu Dawud).
Hadits Jabir Rodhialloohu Anhu:
وشر الأمور محدثاتها ، وكل محدثة بدعة ، وكل بدعة ضلالة ،
ضلالة في النار وكل
Dan sejelek jelek perkara adalah apa apa yang diadakan, dan setiap perkara yang diada_adakan adalah bid'ah, dan setiap bidah adalah kesesatan, dan setiap kesesatan tempatnya di neraka(HR Imam An_Nasai).
Dari dua hadits diatas menunjukkan bahwa bid'ah adalah perkara yang diada-adakan. Sekarang apa pengertian Al_ihdats(perkara yang di ada adakan itu???)
Perhatikan hadits Aisyah Rodhialloohu anha:
من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد .
“Siapa yang mengada adakan perkara baru dalam urusan (agama) kami ini, yang bukan merupakan dari agama , maka tertolak.” ( HR Bukhori dan Muslim).
Dalam riwayat lain:
من عمل عملاً ليس عليه أمرنا فهو رد
“Siapa yang melakukan suatu amalan yang bukan diatas perkara agama kami, maka akan tertolak. (HR Muslim)
Jadi pada ke empat hadits di atas menunjukkan akan hahikat bid'ah dan batasannya dengan terpenuhi tiga syarat:
- Perkara baru yang diadakan, berdalilkan
من احدث
siapa yang mengadakan perkara baru,
Dan hadits
وكل محدثة بدعة .
Setiap perkara baru yang diadakan adalah bid'ah.
Jadi pengertian ih'dats adalah mendatangkan perkara baru yang diada-adakan, yang tidak pernah didahului dan ada contoh sebelumnya.
- Perkara baru tersebut disandarkan pada agama.
Dalilnya adalah
فى أمرنا هذا
Pada perkara kami ini .
Yang dimaksudkan perkara disini adalah agama dan syariatnya.
- Perkara baru tersebut tidak bersandar pada dalil syariat secara umum dan khusus,
Dengan dalil
ما ليس منه
Yang bukan dari perkara agama kami.
Jadi bidah adalah perkara baru yang diadakan dalam agama tanpa ada dalil.
_____________________
@Ucapan yang membolehkan maulid :Karena ini bentuk kecintaan.
_____________________
@Sanggahan dari penyusun: mereka mengatakan bahwa merayakan maulid sebagai bentuk kecintaan, ini adalah suatu kekeliruan yang nyata.
Berkata asy-syaikh solih al fauzan hafizhahullooh:
لا شك أن محبته صلى الله عليه وسلم واجبة على كل مسلم أعظم من محبة
النفس والولد والوالد والناس أجمعين.. ولكن ليس معنى ذلك أن تبتدع في ذلك
شيئاً لم يشرعه لنا ، بل محبته تقتضي طاعته واتباعه ، فإن ذلك من أعظم
مظاهر محبته ، كما قيل : لو كان حبك صادقاً لأطعته***** إن المحبّ لمن
يحب مطيع فمحبته صلى الله عليه وسلم تقتضي إحياء سنته ، والعض عليها
بالنواجذ ، ومجانبة ما خالفها من الأقوال والأفعال ، ولا شك أن كل ما
خالف سنته فهو بدعة مذمومة ومعصية ظاهرة ، ومن ذلك الاحتفال بذكرى مولده
وغيره من البدع ، وحسن النية لا يبيح الابتداع في الدين ، فإن الدين مبني
على أصلين : الإخلاص والمتابعة ، قال تعالى : { بلى من أسلم وجهه لله وهو
محسن فله أجره عند ربه ولا خوف عليهم ولا هم يحزنون } [البقرة / 112 ] ، فإسلام الوجه لله الإخلاص لله ، والإحسان هو التابعة للرسول وإصابة السنة
.
Tanpa diragukan lagi bahwa kecintaan pada beliau shollallaahu ‘alaihi wasallam adalah suatu kewajiban bagi setiap muslim itu lebih besar dari kecintaan pada dirinya dan anaknya orang tuanya dan seluruh manusia..akan tetapi bukan makna dalam hal itu kamu mengadakan sesuatu yang Allooh tidak mensyariatkannya kepada kita, bahkan kecintaan terhadap Nabi mengharuskan ketaatan dan pengikutan padanya, sebab itulah dari sebesar besar penampakan kecintaan padanya, sebagaimana dikatakan:
لو كان حبك صادقاً لأطعته
Seandainya kecintaan kamu itu jujur..... ...pasti kamu akan mentaatinya .
إن المحب لمن يحب مطيع
Sungguh orang yang di cintai bagi orang yang mencintai, dia akan mentaatinya, maka kecintaan shollallaahu alaihi wasallam mengharuskan menghidupkan sunnahnya, dan menggigit sunnah nya dengan gigi geraham, serta menjauhi apa yang menyelisihi sunnah berupa perbuatan dan ucapan.
Dan tanpa diragukan bahwa setiap apa yang menyelisihi sunnahnya maka itu adala bidah yang tercela, dan kemaksiatan yang nampak, diantaranya adalah perayaan memperingati maulid nabi dan selainnya dari perkara bidah.
Dan baiknya niat tidak membolehkan mengadakan perkara baru dalam agama. Sebab Agama itu dibangun atas dua asal yaitu ikhlas dan mutaba’ah (pengikutan pada beliau). Allooh berfirman:
{ بلى من أسلم وجهه لله وهو محسن فله أجره عند ربه ولا خوف عليهم ولا هم يحزنون }
“tidak , barang siapa yang menyerahkan dirinya sepenuhnya pada Allooh, dalam keadaan ia berbuat baik maka baginya pahala disisi RobNya, tidak ada ketakutan dan kesedihan atas mereka.
Maka menyerahkan dirinya sepenuhnya kepada Allooh maka itu adalaah keiikhlasan kepada Allooh, dan al ihsan adalah mengikuti Rasulullooh dan mencocoki sunnah.lihat huquqi nabi baina al ijlal dan al-ikh’lal hal 39
_____________________
@Ucapan dari yang membolehkan maulid :Ada dalil lagi, banyak sebenarnya "tidak sempurna iman seseorang sampai ia mencintai diriku lebih dari kedua org tuanya, anak2 nya dan seluruh manusia didunia ini"
_____________________
Sanggahan dari penyusun :Dalil yang kalian pakai sebagai hujjah atas kalian, justru bukan kecintaan yang kalian lakukan terhadap nabi, tapi bentuk maksiat yang nyata karena ia termasuk perkara bidah. Kalau ada yang bertanya lagi dari sisi mana bidahnya maulid nabi itu sendiri???
Sahabat yang mulia Anas bin Malik radhiyallahu’anhu berkata,
قَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- الْمَدِينَةَ وَلَهُمْ
يَوْمَانِ يَلْعَبُونَ فِيهِمَا فَقَالَ مَا هَذَانِ الْيَوْمَانِ
قَالُوا كُنَّا نَلْعَبُ فِيهِمَا فِى الْجَاهِلِيَّةِ فَقَالَ رَسُولُ
اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَبْدَلَكُمْ بِهِمَا
خَيْرًا مِنْهُمَا يَوْمَ الأَضْحَى وَيَوْمَ الْفِطْرِ
“Ketika Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam mendatangi kota Madinah, para sahabat memiliki dua hari raya yang padanya mereka bersenang-senang. Maka beliau bersabda: Dua hari apa ini?
Mereka menjawab: Dua hari yang sudah biasa kami bersenang-senang padanya di masa Jahiliyah. Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya Allah telah mengganti kedua hari tersebut dengan dua hari yang lebih baik, yaitu idul adha dan idul fitri.” [HR. Abu Daud, Shahih Abi Daud: 1039].
Dan syaikh al utsaimin Rohimahullooh berkata:
كل شيء يُتخذ عيداً يتكرر كل أسبوع ، أو كل عام وليس مشروعاً ؛ فهو من
البدع ،- أن الشارع جعل للمولود العقيقة ، ولم يجعل شيئاً بعد ذلك
- واتخاذهم هذه الأعياد تكرر كل أسبوع أو كل عام معناه أنهم شبهوها
بالأعياد الإسلامية ، وهذا حرام لا يجوز ، وليس في الإسلام شيء من
الأعياد إلا الأعياد الشرعية الثلاثة ، عيد الفطر ، وعيد الأضحى ، وعيد
الأسبوع ، وهو يوم الجمعة .
- وليس هذا من باب العادات لأنه يتكرر ، ولهذا لما قدم النبي -صلى الله
عليه وسلم- فوجد للأنصار عيدين يحتفلون يهما قال (قَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ
-صلى الله عليه وسلم- الْمَدِينَةَ وَلَهُمْ يَوْمَانِ يَلْعَبُونَ
فِيهِمَا فَقَالَ مَا هَذَانِ الْيَوْمَانِ قَالُوا كُنَّا نَلْعَبُ
فِيهِمَا فِى الْجَاهِلِيَّةِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَبْدَلَكُمْ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا يَوْمَ
الأَضْحَى وَيَوْمَ الْفِطْرِ
مع أن هذا من الأمور العادية عندهم .
“Segala sesuatu yang dijadikan sebagai ied yang berulang setiap minggu atau setiap tahun dan tidak disyariatkan maka itu termasuk bidah, dan pembuat syariat menjadikan untuk kelahiran seseorang dengan aqiqah, dan tidak menjadikan sesuatu setelah itu (berupa perayaan apapun, tambahan penterjemah), dan mereka menjadikan ied-ied tersebut yang berulang pada setiap minggu, atau setiap tahun, maksud mereka ingin menyerupakan ied-ied tersebut dengan ied ied islamy, dan ini adalah haram dan tidak boleh, dan tidak ada dalam islam sesuatu dari ied-ied kecuali tiga ied yang syari: iedul fitri, iedul adha, dan iedul setiap pekan yaitu hari jumat, dan ini bukan merupakan adat karena berulang, karena itulah Ketika Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam mendatangi kota Madinah, para sahabat memiliki dua hari raya yang padanya mereka bersenang-senang. Maka beliau bersabda:
Dua hari apa ini? Mereka menjawab: Dua hari yang sudah biasa kami bersenang-senang padanya di masa Jahiliyah. Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
Sesungguhnya Allah telah mengganti kedua hari tersebut dengan dua hari yang lebih baik, yaitu idul adha dan idul fitri, bersamaan dengan ini (hari yang mereka bersenang senang pada masa jahiliyyah) adalah perkara kebiasaan disisi mereka. Syarh kitab-tauhid 1/382.
Asy-Syaikh ‘Allamah Ibnu Baz rahimahullah berkata,
وهكذا الاحتفال بليلة الإسراء والمعراج، وبليلة النصف من شعبان،
والاحتفال بالهجرة النبوية، أو بفتح مكة أو بيوم بدر، كل ذلك من البدع،
لأن هذه الأمور موجودة على عهد النبي صلى الله عليه وسلم، ولم يحتفل بها،
ولو كانت قربة إلى الله لاحتفل بها عليه الصلاة والسلام، أو أمر بها
الصحابة أو فعلها الصحابة بعده، فلما لم يكن شيء من هذا علمنا أنها بدعة
وأنها غير مشروعة، وهذه الاحتفالات، لا يبرر فعلها أن فلانا وفلانا
فعلها، أو فعلها البلد الفلاني كل ذلك لا يبرر، إنما الحجة ما قاله الله
ورسوله، أو أجمع عليه سلف الأمة أو فعلها الخلفاء الراشدون، رضي الله
عنهم
Demikian pula perayaan malam isra’ mi’raj, malam nisfu Sya’ban, perayaan tahun baru hijriyyah (peringatan hijrah Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam), atau fathu Makkah dan perang Badar, semua itu termasuk bid’ah (mengada-ada dalam agama), karena perkara-perkara ini terjadi di masa Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam namun beliau tidak merayakannya.
Andaikan perayaan itu termasuk pendekatan diri kepada Allah ta’ala tentunya Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam telah merayakannya, atau memerintahkan para sahabat untuk merayakannya atau para sahabat sendiri yang merayakannya sepeninggal beliau, maka tatkala Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam dan sahabat tidak merayakannya kita pun mengetahui bahwa itu adalah bid’ah atau tidak disyari’atkan.
Dan perayaan-perayaan ini tidaklah dibenarkan walau tokoh-tokoh tertentu melakukannya, atau negeri tertentu melakukannya, semua itu bukan dalil yang membolehkan, dalil itu hanyalah ucapan Allah dan Rasul-Nya, atau atau ijma’ Salaf umat ini atau amalan Al-Khulafa Ar-Rasyidin radhiyallahu’anhum.” Lihat Fatawa Nuurun ‘alad Darbi, 3/101
Jadi Hari raya, yaitu hari yang selalu dirayakan berulang-ulang, dalam Islam telah ditentukan oleh syari’at, tidak boleh ditambah dan dikurangi, bahkan semua tradisi hari raya sebelum Islam tidak boleh dilestarikan, yang selalu dirayakan berulang-ulang seperti perayaan maulid, muharram, isra’ mi’raj, ulang tahun, dan lain-lain termasuk menambah-nambah dalam syari’at karena syari’at telah menentukan hari raya khusus yaitu idul fitri dan idul adha, maka tidak boleh ditambah apa pun selainnya.serta mengada-adakan hari-hari raya lain atau hari peringatan juga termasuk bentuk tasyabbuh (ikut-ikutan) kepada
orang-orang kafir.
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ لِكُلِّ قَوْمٍ عِيدًا وَهَذَا عِيدُنَا?
“Sesungguhnya setiap kaum memiliki hari raya, dan ini adalah hari raya kita.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu’anha]
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam juga bersabda,
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barangsiapa menyerupai suatu kaum maka ia bagian dari mereka.”
[HR. Ahmad dan Abu Daud dari Abdullah bin Umar radhiyallahu’anhuma,
Shahihul Jaami’: 6149]
Dan syaikh sholih al fauzan hafidzahullooh berkata:
Bahkan Perayaan akan peringatan Maulid Rasulullaah terlarang dan tertolak dari beberpa sisi:
أولاً : أنه لم يكن من سنة الرسول صلى الله عليه وسلم ولا من سنة خلفائه
. وما كان كذلك فهو من البدع الممنوعة ، لقوله صلى الله عليه وسلم : (
عليكم بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين المهديين من بعدي ، تمسكوا بها وعضوا
عليها بالنواجذ ، وإياكم ومحدثات الأمور ، فإن كل محدثة بدعة ، وكل بدعة
ضلالة ) [ أخرجه أحمد 4/126 ، والترمذي برقم 2676 ]. والاحتفال بالمولد
محدث أحدثه الشيعة الفاطميون بعد القرون المفضلة لإفساد دين المسلمين .
ومن فعل شيئاً يتقرب به إلى الله تعالى لم يفعله الرسول صلى الله عليه
وسلم ولم يأمر به ، ولم يفعله خلفاؤه من بعده ، فقد تضمن فعلُه اتهامَ
الرسول بأنه لم يبين للناس دينهم ، وتكذيب قوله تعالى : { اليوم أكملت
لكم دينكم } [المائدة/3] لأنه جاء بزيادة يزعم أنها من الدين ولم يأت بها
الرسول صلى الله عليه وسلم .
Pertama :Sebab bukan dari sunnah rasulullooh dan sunnah khulafaur-Rosyidin, kalau bukan seperti itu maka dia dari perkara bidah yang terlarang.
Sebab Rasulullooh bersabda:
“Wajib atas kalian berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnahnya khulafaur_Rosyidin yang mendapatkan petunjuk setelahku,dan berpegang teguhlah dengannya dan gigitlah sunnah tersebut dengan gigi geraham, berhati hati kalian dari perkara baru sebab setiap perkara baru adalah bidah dan setiap bidah adalah kesesatan.” (Dikeluarkan oleh imam ahmad dan at-tirmidzi)
Dan perayaan maulid adalah perkara baru yang diadakan orang syiah fatimiyyah setelah generasi yang memiliki keutamaan untuk merusak agama kaum muslimin. Dan siapa yang melakukan sesuatu untuk mendekatkan diri kepada Allooh, sementara Rasululllooh tidak melakukannya, dan tidak memrintahkannya dan tidak pula dilakukan khulafaur_Rosyidin setelah beliau, maka perbuatannya mengandung tuduhan kepada Rasul, bahwa beliau tidak menjelaskan pada manusia agama mereka, dan juga perbuyatannya itu mendustakan firman Allooh:
“Hari ini telah kusempurnakan agama untuk kalian“, sebab orang tersebut datang dengan suatu tambahan yang ia menyangka itu suatu agama, sementara Rasullaah tidak datang dengan tambahan tersebut.
ثانياً : في الاحتفال بذكرى المولد تشبه بالنصارى ، لأنهم يحتفلون بذكرى
مولد المسيح عليه السلام والتشبه بهم محرم أشد التحريم ، ففي الحديث
النهي عن التشبه بالكفار ، والأمر بمخالفتهم ، ففد قال صلى الله عليه
وسلم : ( من تشبه بقوم فهو منهم ) [أخرجه أحمد 2/50 ، وأبو داود 4/314] ،
وقال : ( خالفوا المشركين ) [أخرجه مسلم 1/222 رقم 259 ]، ولا سيما فيما
هو من شعائر دينهم .
Kedua: dalam acara peringatan maulid nabi maka ini penyerupaan dengan kaum nashara, sebab mereka mengadakan acara peringatan al masih isa alaihi salam, dan penyerupaaan terhadap mereka diharamkan dengan pengharaman yang keras, dan dalam hadits larangan untuk menyerupai
mereka dan perintah untuk menyelisihi mereka,
Rasulullooh bersabda:
“Siapa yang menyerupai suatu kaum maka termasuk bagian dari mereka”
(dikeluarkan oleh imam ahmad dan abu daawud, dan juga
Rasululllooh bersabda:
“selisihilah orang orang musyrikin”
(dikeluarkan oleh imam muslim),
terlebih lagi penyerupaan dari syiar syiar agama mereka (seperti perayaan isya al masih)
ثالثاً : كذلك وسيلة إلى الغلو والمبالغة في تعظيمه حتى يفضي إلى دعائه
والاستعانة به من دون الله ، كما هو الواقع الآن من كثير ممن يحيون بدعة
المولد ، من دعاء الرسول من دون الله ، وطلب المدد منه ، وإنشاد القصائد
الشركية في مدحه كقصيدة البردة وغيرها ، وقد نهى صلى الله عليه وسلم عن
الغلو في مدحه فقال : ( لا تطروني كما أطرت النصارى ابن مريم فإنما أنا
عبده ، فقولوا عبد الله ورسوله ) [أخرجه البخاري 4/142 رقم 3445 ، الفتح
6/551 ] ، أي لا تغلوا في مدحي وتعظيمي كما غلت النصارى في مدح المسيح
وتعظيمه حتى عبدوه من دون الله ، وقد نهاهم الله عن ذلك بقوله : { يا أهل الكتاب لا تغلوا في دينكم ولا تقولوا على الله إلا الحق إنما المسيح عيسى
ابن مريم رسول الله وكلمته ألقاها إلى مريم وروح منه } [النساء/171] .
ونهانا نبينا صلى الله عليه وسلم عن الغلو خشية أن يصيبنا ما أصابهم ،
فقال : ( إياكم والغلو ، فإنما أهلك من كان قبلكم الغلو ) [أخرجه النسائي
5/268 ، وصححه الألباني في صحيح سنن النسائي رقم 2863 ]
Ketiga: demikian pula (acara maulid nabi) sebagai wasilah untuk ghuluw dan berlebihan dalam mengagungkan beliau sampai mengantar untuk berdoa kepada beliau dan istigotsah padanya selain Allooh, sebagaimana kenyataan sekarang dari kebanyakan dari orang yang menghidupkan bidah maulid berupa doa kepada rasul selain Allooh, dan meminta pertolongan darinya, dan melagukan qosidah syirik dalam memuji beliau seperti qasidah burdah dan selainnya. Dan Rasulullooh telah melarang akan ghuluw dalam memujinya, beliau bersabda jangan kalian mengkultuskanku sebagaimana orang-orang nasrani mengkultuskan isya ibnu maryam, sebab sungguh saya hanya seorang hamba, maka katakanlah hamba Allooh dan Rasulnya (dikeluarkan oleh imam bukhori) maksudnya jangan kalian ghuluw (melampaui batas) dalam memujiku dan mengagungkanku sebagaimana orang nasrani ghuluw dalam memuji al masih dan mengagungkannya sampai mereka menyembahnya dari selain Allooh, dan Allooh telah melarang mereka akan hal tersebut dengan firmannya:
“Wahai ahli kitab, janganlah kalian ghuluw pada agama kalian dan janganlah kalian berucap atas Allooh kecuali al haq, sungguh al-masih isya ibnu maryam adalah rasul Alloh dan (yang diciptakan) dengan kalimatNya yang disampaikannya pada maryam dan tiupan ruh dariNya ), dan Nabi melarang kita dari ghuluw karena takut akan menimpa apa yang telah menimpa pada mereka. Rasulullooh bersabda : berhati-hati kalian dari Ghuluw, sebab yang membinaskan orang 0rang sebelum kalian adalah ghuluw (dilkeluarkan oleh imam an-nasai dan dishohihkan oleh Al-bany dalam shohih sunan An-nasai.
. رابعاً : إن إحياء بدعة المولد يفتح الباب للبدع الأخرى والاشتغال بها
عن السنن ، ولهذا تجد المبتدعة ينشطون في إحياء البدع ويكسلون عن السنن
ويبغضونها ويعادون أهلها ، حتى صار دينهم كله ذكريات بدعية وموالد ،
وانقسموا إلى فرق كل فرقة تحيي ذكرى موالد أئمتها ، كمولد البدوي وابن
عربي والدسوقي والشاذلي ، وهكذا لا يفرغون من مولد إلا يشتغلون بآخر ،
ونتج عن ذلك الغلو بهؤلاء الموتى وبغيرهم ودعائهم من دون الله ،
واعتقادهم أنهم ينفعون ويضرون حتى انسلخوا من دين الله وعادوا إلى دين
أهل الجاهلية الذين قال الله فيهم : { ويعبدون من دون الله ما لا يضرهم
ولا ينفعهم ويقولون هؤلاء شفعاؤنا عند الله } [يونس/18] ، وقال تعالى : {
والذين اتخذوا من دونه أولياء ما نعبدهم إلا ليقربونا إلى الله زلفى }
[الزمر/3 ]
Keempat: sungguh menghidupkan bidah maulid akan membukan pintu bidah yang lain, dan mereka disibukkan dengan bidah tersebut dari sunnah sunnah, karena itulah kamu akan mendapatkan pelaku bidah (maulid) semangat dalam menghidupkan bidah bidah dan malas akan sunnah sunnah dan mereka akan membencinya dan memusuhi orang yang mengikuti sunnah, hingga agama mereka seluruhnya menjadi kenangan kenangan bidah dan maulid maulid, dan mereka terbagi beberapa kelompok, setiap kelompok menghidupkan peringatan maulid imamnya seperti maulid al-badawi, ibnu arabi, dan dusuqi dan asy-syaadzili, demikianlah mereka tidak pernah kosong dari satu maulid kecuali mereka akan disibukkan dengan maulid yang lain, dan hasil dari perkara tersebut adalah ghuluw pada mereka yang telah meningal dan berdoa kepada mereka selain dari Allooh, dan keyakinan mereka bahwa mereka bisa memberikan manfaat dan membahayakan sampai mereka lepas dari Agama Allooh dan mereka kembali kepada agama jahiliyah, yang Allooh telah berfirman tentang mereka:
“dan mereka menyembah selain kepada yang tidak bisa membahayakan mereka dan tidak bisa memberikan manfaat pada mereka, dan mereka mengatakan mereka itulah yuang akan memberikan syafaat pada kami disisiAllooh “
Dan juga Allooh telah berfirman:
“dan orang orang yang menjadikan selain dari Allooh wali, kami tidak menyembah mereka kecuali mereka akan mendekatkan kami disisi Allooh sedekat-dekatnya.” [lihat huquqi nabi baina al ijlal dan al-ikh’lal hal 39].
_____________________
@Ucapan yang membolehkan maulid: Tambah lagi dalil 2 orang sahabat
Ibnu zubair ra saat nabi berbekam dan malik bin sinan ra pada saat perang uhud yang meminum darah rasulullah saw karena kecintaan beliau.
Kita tau minum darah hukumnya haram tapi karena itu merupakan salah satu bentuk kecintaan sahabat kpd rasulullah, beliau tidak melarang.
_____________________
@Sanggahan dari penyusun: Memang disebutkan bahwa darah yang mengalir keluar adalah sesuatu yang haram dan najis berdasarkan Al kitab dan As-Sunnah dan ijma(kesepakatan akan hal itu)
Allooh berfirman:
قُل لاَّ أَجِدُ فِي مَا أُوْحِيَ إِلَيَّ مُحَرَّماً عَلَى طَاعِمٍ
يَطْعَمُهُ إِلاَّ أَن يَكُونَ مَيْتَةً أَوْ دَماً مَّسْفُوحاً أَوْ
لَحْمَ خِنزِيرٍ فَإِنَّهُ رِجْسٌ
"Katakanlah aku tidak mendapatkan apa yang diwahyukan padaku apa yang diharamkan memakannya bagi yang ingin memakannya kecuali bangkai atau darah yang mengalir atau daging babi sebab itu adalah rijs”
Berkata imam ath_thobari Rohimahullooh
" الرجس : النجس والنتن " انتهى .
Rijs adalah najis dan busuk.lihat jamiul bayan 8/53
Adapun hadits dari asma binti Abi Bakr Rodhialloohu:
Nabi berkata tentang darah haid:
تَحُتُّهُ ثُمَّ تَقرُصُهُ بِالمَاءِ ثُمَّ تَنضَحُهُ ثُمَّ تُصَلِّي فِيهِ )
“Kamu keruk kemudian kucak dengan air kemudian kamu basahi dengan air kemudian kamu sholat pada pakaian tersebut.” (HR Bukhori dan Muslim).
Adapun ijma adalah sebagaimana dinukil oleh qurtuby dalam tafsirnya 2/210 dan Ibnu Rusyd dalam Bidayah Al Mujtahid 1/79 bahwa darah adalah najis.
Walaupun sebagian ulama mengatakan darah luka yang keluar dari tubuh manusia atau darah hewan yang dimakan dagingnya itu tidak najis.
Telah datang beberapa hadits bahwa sebagian sahabat meminum darah nabi, dan beliau menetapkan tidak melarangnya ,dan di sebagian riwayat belliau mengingkari.
Adapun hadits Abdillah bin Zubair Rodhialloohu Anhu tentang beliau minum darah nabi diriwayatkan oleh Abu Ashim dalam Al ahaad wal matsaani 1/414, Al Bazaar dalam musnadnya 6/169, Al hakim dalam mustadraknya 3/638, Albaihaqi dalam sunan Al kubro 7/67.
Dan kisah Malik bin Sinan yang meminum darah nabi dikeluarkan oleh
said bin Manshur 2/221.
Berkata Ibnu baz Rohimahullooh:
أما شرب ابن الزبير دمه وأم أيمن بوله: فهذا محل نظر، قد ورد هذا ولكن في
صحته نظر، فهو يحتاج إلى تمحيص ونظر، والنظر في أسانيد القصة، والأصل:
تحريم الدم وتحريم البول، هذا هو الأصل، أن الله حرم علينا البول؛ لأنه
نجس، وحرم الدم؛ لأنه من الخبائث وهو نجس، فإن صح فهذا يستثنى؛ لأن
الرسول ﷺ له خصائص، فإذا صح فيكون من خصائصه ﷺ، كما قلنا في مسألة العرق
ومسألة الشعر ومسألة البصاق، هذا خاص به
Adapun minumnya Ibnu Zubair terhadap darah Rasul dan Ummu aiman minum
akan kencing Rasulullooh, maka ini pembahasan yang perlu tinjauan lagi, memang telah datang kisah ini, akan tetapi kesholihannya, perlu tinjauan, maka ini butuh untuk uji akan kesholihannya dan tinjauan ulang, dan melihat pada sanad sanad kisah, dan hukum asal adalah pengharaman darah dan air kencing, ini adalah asal, Allooh melarang kita meminum air kencing Karena najis, dan diharamkan darah yang mengalir keluar sebab ia dari sesuatu yang menjijikkan, dan itu adalah najis, jika kisah itu shohih, maka ini pengecualian sebab Rasulullah punya beberapa pengkhususan, jika kisah itu shohih maka itu
dari kekhususan Nabi, sebagaimana yang telah kita katakan bahwa masalahat, masalah rambut, dan air ludah (sahabat mencari keberkahan dengan hal tersebut) ini juga merupakan kekhususan beliau.
Lihat sumber https://binbaz.org.sa/fatwas/17980/
Dan anggaplah kisah abdullah bin zubair dan malik bin sinan meminum darah rasulillaah dalam rangka tabarruk mencari keberkahan dengan meminum darah Rasulillaah, sementara hukum darah adalah haram untuk diminum, jangan kita jadikan hujjah akan bolehnya melakukan sesuatu yang haram atau perkara bidah dengan dasar karena kecintaan terhadap Rasulillaah, ini tidak masuk akal dari beberapa sisi:
Darah yang diminum oleh abdullaah bin zubair dan malik bin sinan. itu merupakan kekhususan terhadap diri Rasulillaah untuk tabarruk dengan darahnya, dan jika alasan bahwa beliau tidak melarang akan ada seorang sahabat yang melakukan sesuatu perkara dan Rasulullloh diam, itu berarti iqror dan persetujuan dari beliau akan bolehnya hal tersebut karena itu terjadi pada zaman nabi. Adapun pada zaman sekarang, bukan zaman wahyu untuk menjadikan alasan bahwa maulid nabi itu boleh dirayakan, karena dengan alasan nabi tidak melarangnya, maka dari ucapan mereka ini berarti ada persetujuan dari beliau shollaalloohu‘alaihi wasallam. Sementara acara maulid nabi itu baru muncul setelah akhir abad ke 4 Hijriyyah dari kalangan syiah rofidhah. Dan kenyataan dallil dalil umum yang banyak melarang akan acara maulid nabi .
_____________________
@Ucapan bagi yang membolehkan maulid :Beliau bersabda "barangsiapa didalam darahnya mengalir darahku ia tidak akan di sentuh api neraka"
_____________________
@Sanggahan dari penanya: Adapun perkataan nabi ketika Abdullooh bin Zubair minum darah nabi dihadapan para haji , maka nabi berkata padanya:
.لا تمسك النار
“Api neraka tidak akan menyentuhmu”. Diriwayatkan oleh daraqutni 1/228 dan ibnu asaakir dalam tarikh dimasqi 28/162 dari jalan Muhammad bin humaid,ia berkata menceritakan pada kami Ali bin mujahid ,telah menceritakan pada kami robah an_nubi ....
Berkata Al hafidz ibnu Hajar dalam talkhis Al habir 1/31 : Ali bin mujahid dhoif.ia didustakan oleh Yahya bin adh_Dhoris ,dan Yahya bin ma'in sebagaimana dalam Mizan. Juga robaah annauby berkata Al hafidz tentangnya, tidak diketahui siapa dia dan ada yang mengatakan layyin , lihat lisan Al Mizan 2/443. Dan Muhammad bin humaid juga seorang rawi yang lemah disebutkan dalam taqrib. Jadi hadits; bagi siapa yang meminum darah Rasululillah tidak akan disentuh api neraka tidak bisa dijadikkan hujjah.
_____________________
@Ucapan bagi yang membolehkan maulid : Apalagi para anak turun cucu beliau para habaib.
__________________________________________________________________________
@Sanggahan dari penyusun: Dari perkataan mereka diatas menunjukkan para habib itu ma'sum (terjaga) dengan alasan bahwa sahabat yang minum darah nabi tidak akan disentuh api neraka,apalagi para habaaib yang merupakan keturunan dari rasululllooh, tentu terjaga dari dosa sehingga ucapan dan tindakan mereka itu benar walaupun menyelisihi syairat termasuk acara maulid nabi.
Seakan akan ucapan mereka ini mewajibkan mengembalikan perselisihan kepada Ahlu bait , keturunan dari keluarga Rasulullah (yang menurut mereka adalah para habib), ini mengharuskan ucapaan mereka akan sucinya mereka (terjaga dari dosa ) tidak mungkin salah ucapan mereka, mereka teranggap sebagai sumber dari sumber sumber syariat setelah kitabullah.
Dan hujjah kalian ini tertolak dengan dua sebab :
- Secara syar'i, bahwasanya Allooh telah memerintahkan kita untuk kembali pada Al Qur'an dan Sunnah Rasulullah ketika terjadi perselisihan. Allooh telah berfirman:
فإن تنازعتم في شيء فردوه الي الله والرسول
Jika kalian berselisih pada suatu perkara maka kembalikanlah pada
Allooh dah Rasul-nya..Sebab suatu perkara yang diketahui bersama bahwa setiap muslim itu diterima dan ditolak ucapannya kecuali Rasulullooh.
Dan telah terjadi perselisihan diantara para sahabat dalam banyak permasalahan, dan bukan pendapat Ali bin Abi Thalib, bukan pula Abbas, dan bukan pula Aqil bin Abi Tholib Rodhialloohu Anhum (yang merupakan keluarga dari nabi ، Ahlul bait ) Sebagai hakim atas selainnya.Bagaimana lagi dengan habib yang kalian anggap sebagai orang yang ma'sum, yang nota bene pendapat mereka akan peringatan maulid itu benar dan menjadi hakim atas selainnya.
Berkata syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rohimahullooh:
الحق لا يدور مع الشخص غير النبي _ ولو دار الحق مع علي حيثما دار لوحب
أن يكون معصوما كالنبي، وهم يعني الرافضة من جهلهم يدعون ذلك، ولكن من علم أنه لم يكن اولى بالعصمة من أبي بكر وعمر وعثمان وغيرهم وليس فيهم من
هو معصوم ، علم كذبهم.
Al Haq itu tidak berputar bersama dengan seseorang kecuali Nabi shollallaahu alaihi wa sallam, seandainya Al Haq itu berputar bersama Ali dimanapun Ali berada, maka ini mewajibkan aku itu ma'sum (terjaga dari dosa) sepeti nabi , dan mereka orang orang rofidhoh dengan kejahilan mereka mengaku akan hal tersebut (ali itu ma'sum), akan tetapi siapa yang mengetahui bahwa Ali bukanlah yang lebih utama dengan kema'suman dari pada abu bakar ,Umar, Utsman dan selain mereka, dan bersamaan dengan itu tidak ada diri mereka, siapa yang ma'sum diantara mereka , maka diketahuilah akan kedustaan mereka. [Lihat minhajus sunnah 4/241].
Apalagi kalau hanya ucapan para habib yang membolehkan maulid ,dan kita sekedar tunduk dan patuh menerima ucapan mereka, karena mereka itulah Ahlu bait dari keturunan Rasulullah.
- Secara akal dan kenyataan, bahwa yang mengaku ahlul bait sekarang pada hari ini, mereka berbeda beda, diantara mereka ada yang dari kalangan ahli Sunnah, diantara mereka ada yang dari kalangan sufiyyah(dari kebanyakan habib sekarang), diantara mereka ada yang Zaidiyah, dan diantara mereka ada yang rofidhoh itsna Asy'ari yah, dan selain dari mereka.
Dan harusnya sikap yang benar dalam ucapan para habib .
Berkata imam Syaukani Rohimahullooh
أقوال العلماء يستدل لها لا بها
Ucapannya ulama dicarikan dalil bukan jadi dalil ..
_____________________
@Ucapan yang membolehkan maulid nabi :Apalagi hanya perayaan maulud yg
di dlmnya merupakan rangkaian ibadah,
___________________
@Sanggahan dari penyusun: Semua dalil yang mereka pakai hanya sekedar
istihsanaat atau anggapan baik menurut pandangan manusia. Inilah pula yang dipahami oleh para sahabat generasi terbaik umat ini. Mereka menganggap bahwa setiap bid’ah itu sesat walaupun sebagian orang menganggapnya baik. Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata,
كُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ ، وَإِنْ رَآهَا النَّاسُ حَسَنَةً
“Setiap bid’ah adalah sesat, walaupun manusia menganggapnya baik.”
(Diriwayatkan oleh Muhammad bin Nashr dalam kitab As Sunnah dengan sanad shahih dari Ibnu ‘Umar. Lihat Ahkamul Janaiz, Syaikh Al Albani, hal. 258, beliau mengatakan hadits ini mauquf, shahih).
Para sahabat tidak pernah merayakan maulid nabi padahal mereka yang paling cinta terhadap Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam, karena mereka memahami arti cinta yang sebenarnya adalah meneladani beliau, mencontohi sunnah Rasulullaah, bukan malah melakukan yang beliau benci yaitu berbuat bid’ah dalam agama tanpa petunjuk beliau dan para sahabat adalah orang yang paling kuat keimananya setelah Rasulillah, dan paling faqih dan paling memahami dalil serta paling semangat terhadap kebaikan dibandingkan dengan kita, jika maulid nabi itu adalah suatu kebaikan maka tentunya mereka akan mendahului kita dalam kebaikan tersebut.
Dan jawaban yang paling tepat atas sangkaan mereka itu, bahwa maulid nabi adalah perkara yang baik , merupakan ibadah, ketaatan adalah ucapan seorang pembesar tabi’in yang mulia, Sa’id bin Al-Musayyib rahimahullah.
Al-Imam Al-Baihaqi Asy-Syafi’i rahimahullah meriwayatkan dengan sanad yang shahih sampai kepada Sa’id bin Al-Musayyib rahimahullah,
أنه رأى رجلا يصلي بعد طلوع الفجر أكثر من ركعتين يكثر فيها الركوع
والسجود فنهاه فقال : يا أبا محمد ! أيعذبني الله على الصلاة ؟ ! قال :
لا ولكن يعذبك على خلاف السنة?
“Bahwasannya beliau melihat seseorang melakukan sholat setelah terbit fajar lebih dari dua raka’at, ia memperbanyak rukuk dan sujud, beliau pun melarangnya, maka orang itu berkata: wahai Abu Muhammad, apakah Allah ta’ala akan mengazabku karena melakukan sholat? Beliau menjawab: Tidak, tetapi Allah Ta’ala akan mengazabmu karena menyelisihi sunnah.”
Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah mengomentari,
وهذا من بدائع أجوبة سعيد بن المسيب رحمه الله تعالى وهو سلاح قوي على
المبتدعة الذين يستحسنون كثيرا من البدع باسم انها ذكر وصلاة ثم ينكرون على أهل السنة إنكار ذلك عليهم ويتهمونهم بأنهم ينكرون الذكر والصلاة ! !
وهم في الحقيقة إنما ينكرون خلافهم للسنة في الذكر والصلاة ونحو ذلك
Ini diantara bentuk cerdasnya jawaban-jawaban Sa’id bin Al-Musayyib rahimahullah, dan jawaban ini merupakan senjata yang kuat untuk menghadapi para pelaku bid’ah yang menganggap baik (hasanah) terhadap banyak sekali perbuatan bid’ah, dengan dalih amalan itu merupakan dzikir dan sholat. Lalu mereka mengingkari Ahlus Sunnah yang melarang bid’ah mereka, dan mereka menuduh Ahlus Sunnah melarang dzikir dan sholat, padahal hakikatnya yang diingkari adalah penyelisihan mereka terhadap sunnah dalam dzikir dan doa tersebut, dan amalan-amalan yang semisalnya.” [Irwaul Ghalil, 2/236].
_____________________
@ucapan yang membolehkan Maulid;
Abu abdillah muhammad bin ismail bin ibrahim al-bukhari (shahih bukhari) mengatakan: Semua hadits yg aku tulis ini semua shahih tapi masih banyak lagi yg shahih yg tidak aku tulis. Karena suasana huru hara pada zaman itu.
_____________________
@Sanggahan dari penyusun: Tidak diragukan, bahwa masih banyak hadis-hadis sahih yang lain yang tidak disebutkan oleh Imam Bukhari dalam kitab sahihnya, sebagaimana diungkapkan sendiri oleh Imam Bukhari: “Saya menghafal seratus ribu hadis sahih”. Sebagaimana hal ini telah ditegaskan pula oleh al-Hafidz Ibnu Hajar dalam Muqaddimah Fath al-Bary. Beliau juga berkata:
“لم أخرج هذا الكتاب إلا صحيحا وما تركت من الصحيح أكثر”.
“Tidaklah saya cantumkan dalam kitab ini kecuali hadis-hadis sahih
saja. Sementara itu, hadis-hadis sahih yang lain yang tidak saya
cantumkan, lebih banyak lagi”
“ما أدخلت في كتابي الجامع إلا ما صح وتركت من الصحيح حتى لا يطول”.
“Saya tidak memasukkan suatu hadis dalam kitab saya Al-Jami’ kecuali hadis itu sahih”. Saya tidak cantumkan hadis sahih yang lain agar tidak panjang pembahasannya (kitab menjadi terlalu tebal)”
Lihat: Hadyu. Tahqiq Syaikh Abdul Qadir Syaibah al-Hamd, hlm. 11, Khalil Ibrahim Mulakhatar, Makanah Shohihain, hlm. 34.
Jadi alasan imam bukhori tidak memasukkan hadits yang lain dalam shohih bukhori, agar tidak panjang pembahasannya, maka timbul pertanyaan buat mereka, dengan asumsi: alasan imam bukhori banyak tidak memasukkan hadits dalam shohihnya karena huru hara pada zaman itu, di buku mana kami bisa mengutipnya sebagai sumber referensi???
_____________________
@Ucapan yang membolehkan maulid: Jadi pada siapa? Selebihnya ada pada
para haibaib.
_____________________
@Sanggahan dari penyusun: Perlu diketahui bahwa Karya beliau yang paling masyhur adalah Shahih Bukhari. Judul lengkap kitab ini adalah al-Jami’ al Musnad al-Shahih al-Mukhtashar min Umur Rasulillah wa Sunnatihi wa Ayyamihi.
Beberapa kitab karya Imam Bukhari lainnya adalah sebagai berikut:
Qadhaya al-Shahabah, Raf’al Yadain, al-Tafsir al-Kabir, al-Musnad al-Kabir, Tarikh Shaghir, Tarikh Ausath, Tarikh Kabir, al-Adab al-Mufrad, Birrul Walidain, al-Dhu’afa’, al-Jami’ al-Kabir, al-Asyribah, Asma’ al-Shahabah, al- Wuhdan, al-Mabsuth, al-‘Ilal, al-Kuna, al-Fawa’id.
Dan menurut Muhibbudin al-Khathib, sebagaimana dikutip Muham- mad
‘Ajjaj al-Khathib, perhitungan paling akurat terhadap hadits shahih Bukhari adalah sebagaimana yang dilakukan oleh Muhammad Fuad Abdul Baqi. Menurutnya, jumlah hadits dalam Shahih Bukhari disertai pengulangan sebanyak 7563, selain ta’liq, muttabi’, mauquf dan munqathi’. Sedangkan jika tanpa pengulangan jumlah keseluruhan haditsnya sebanyak 2607.
Muncul pertanyaan ,maka pada kitab manakah yang mencakup hadits
hadits yang dihafalkan oleh imam bukhori dari 100.000 hadits yang
belum dimasukkan ke dalam shohih bukhori ??? yang mereka menyangka bahwa sisa hadits tersebut ada pada habib habib mereka yang menghafalkannya, dan ini bertentangan dengan pernyataan mereka sendiri, bahwa habib mereka menghafal ribuan hadits dengan sanadnya, sementara yang masih tersisa dari hafalan hadits oleh imam bukhori sekitar sembilan puluh ribuan.
_____________________
@ucapan yang membolehkan maulid: Mereka mempelajari turun temurun menghapal hadits lengkap dengan sanadnya sampai kepada rasulullah saw.
____________________
@sanggahan dari penyusun: jangan dengan asumsi bahwa habib habib yang menghafalkan ribuan hadits dengan sanadnya sebagai hujjah akan pembenaran acara maulid nabi. Bukan dari mereka saja yang mempelajari dan menghafalkan hadits dengan sanadnya, bahkan dari selain mereka dari para imam ahlu hadits dan para penuntut ilmu hadits yang menghafalakn hadits dengan sanadnya berpendapat akan bid’ahnya peringatan maulid nabi. Tapi yang menjadi bagi kita adalah alquran dan hadits sesuai dengan pemahaman salafush-sholih
_____________________
Ucapan dari yang membolehkan maulid: Salah satunya habib abdul qodir
bin ahmad bilfaqih al-alawy yang menghapal ribuan hadits lengkap
dengan sanad sampai kepada rasulullah saw.
_____________________
@Sanggahan dari penyusun: Siapa itu habib abdul qdir bin ahmad bifaqih al-alawi, apakah beliau seorang ulama yang diakui dan diberikan tazkiyyah akan keilmuannya oleh para ahlu hadits dari imam ahlu sunnah sebagai pakar hadits, sebutkan ulama ahli hadits yang sezaman dengan beliau, bahwa mereka memberikan tazkiyyah dan mengakui keilmuannya.? Dan sebatas pengetahuan dari penyusun: bahwa beliau adalah seorang sufi yang hidup pada abad ke 13 Hijriyyah.
_____________________
Ucapan dari yang membolehkan maulid: Jgn mudah menyalahkan sesama saudara dan jgn sampai menuduh bidah. Dengan kita mncap seeorang bidah berarti dia sesat tempatnya di neraka. Sama saja kita mencabut hak keislamannya.
_____________________
@Sanggahan dari penyusun: Ucapan mereka justru beranggapan bahwa orang yang mengatakan maulid nabi adalah perkara bidah, berarti padanya ada pemikiran takfiriyah yang doyannya mengkafirkan orang dan ada pemikiran khawarij padanya; Yaitu mengkafirkan pelaku dosa besar, dan memvonis mereka sebagai penghuni neraka, wal iyadzu billah dari pemahaman takfiriyah dan khawarij.
Kesimpulannya bahwa bidah seluruhnya sesat dan pelakunya diancam dengan api neraka, dan bidah yang kecil akan menyeretnya kepada bidah yang besar, ini secara keumuman, dan tanpa diragukan lagi, hanya sekedar amalan seseorang bukan merupakan dari agama atau menyelishi sebagian dari nash syar’i, maka ini tidak mengharuskan dia kufur, dan tidak boleh mengkafirkan pelakunya sekedar itu, sampai perbuatannya atau ucapannya yang bukan merupakan dari perkara agama adalah kekafiran yang nyata menurut timbangan syariat, bukan sekedar pendapat atau hawa nafsu, dan sempurna syarat syarat pengkafiran dan terangkat penghalang penghalang dari kekafiran.
_____________________
@Ucapan yang membolehkan maulid: Jika ia yg di cap tidak benar melakukan bidah bahkan ada dalilnya. Hati2 cap itu langsung akan berbalik kepada si pemberi cap.
_____________________
@sanggahan dari penyusun: Dan di sini susahnya seseorang yang tidak mau menempuh jalan shalaful ummah, maka akan terjatuh dalam berbagai macam bidah.
Berkata syaikhul islam ibnu taimiyah rohimahullooh:
" ومعلوم أن كل من سلك إلى الله جل وعز علما وعملا بطريق ليست مشروعة موافقة للكتاب والسنة وما كان عليه سلف الأمة وأئمتها فلا بد أن يقع في بدعة قولية أو عملية "
Dari suatu hal yang diketahui bahwa setiap yang menuju kepada Allah secara keilmuan dan amalan dengan jalan yang tidak disyariatkan, yang tidak sesuai dengan kitab dan sunnah dan apa yang salaful ummah dan para imam berada diatasnya, maka pasti akan terjatuh dalam bidah berupa ucapan dan amalan. Lihat syarh al-ashfahaaniyah hal 214.
Dan jangan kita menjadikan hujjah bahwa peringatan maulid nabi itu boleh, dengan alasan "telah terjadi perselisihan ulama,bebas memilih dan" akhirnya mengambil pendapat yang lemah yang tidak didukung oleh dalil dan sisi Pendalilan, dan ia akan terjatuh dalam perkara bid’ah.
Berkata Al-Hafizh Ibnu Abdil Barrrahimahullah ta’ala:
الاختلاف ليس بحجة عند أحد علمته من فقهاء الأمة.
جامع بيان العلم وفضله 2/922
Perbedaan pendapat (khilaf) bukanlah hujjah menurut satu orang pun yang aku ketahui dari para fuqaha umat ini.lihat Jami’ Bayan Al-Ilmi wa Fadhlihi 2/922.
Dan jika anggapan mereka bahwa maulid nabi terdapat perselisihan pendapat, maka ambillah apa yang sholafus Sholeh berada di atasnya, dari kalangan sahabat, tabiin dan taabi’u attaabiin, tiga generasi yang terbaik dan dijamin oleh Rasulullaah, apakah mereka melakukan peringatan maulid nabi??????
Berkata Asy-syeikh Al allamah Shaleh Al Fauzan hafizhahullah
ﻓﺈﺫﺍ ﺭﺃﻳﺖ ﺍﻹﺧﺘﻼﻑ، ﻭﺭﺃﻳﺖ ﻛﺜﺮﺓ ﺍﻷﻗﻮﺍﻝ؛ ﻓﻌﻠﻴﻚ ﺃﻥ ﺗﻨﻈﺮ ﻟﻤﺎ ﻛﺎﻥ ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻟﺴﻠﻒ ﺍﻟﺼﺎﻟﺢ ﻭﺗﻤﺴﻚ ﺑﻪ ﻷﻧﻪ ﺍﻟﺤﻖ.
Jika kamu melihat perselisihan dan kamu melihat banyaknya pendapat-pendapat (pada suatu permasalahan) maka hendaklah kamu melihat kepada apa yang salafus saleh berada di atasnya dan peganglah dengan erat sebab itu adalah kebenaran.lihat Syarh as-sunnah 292
ختاما أعتذر عن قصوري في فهم المسائل, أسأل الله التوفيق والسداد
وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم
Di susun oleh :
Abu hanan As-Suahily Utsman As-Sandakany
12 Robi’ul awal 1440 – 20 November 2018
🌾 *من مجموعة نصيحة للنساء* 🌾
No comments:
Write komentar